Tidak semua pasangan yang telah melahirkan seorang anak, ingin segera mendapatkan momongan baru. Ada alasan tertentu yang membuat Ayah dan Ibu mempertimbangkan agar memiliki momongan kembali. Alasan khusus bisa saja karena faktor kesehatan yang membuat seorang Ibu tidak bisa mengalami kehamilan jarak dekat.
Selain hal tersebut, umumnya yang menjadi alasan adalah faktor ekonomi. Ada rasa takut dan keraguan dari jika suatu hari tidak bisa memenuhi kebutuhan dan keperluan si anak baru. Selain pendapatan yang masih diragukan, biasanya pasangan suami istri yang tidak menginginkan kehamilan jarak dekat juga karena faktor psikologis. Belum siap dengan kematangan diri jika saja anggota keluarga baru hadir. Atau masih ingin menikmati dan belajar menjadi orang tua baru dengan hadirnya anak pertama.
Di luar dari semua alasan tersebut, menjaga jarak kehamilan memang penting. Ini berhubungan dengan Ibu dan janin yang akan dikandung kelak. Seorang Ibu yang baru melahirkan memerlukan masa rehat agar saat yang dirasa mampu untuk hamil kembali, baik dari segi psikologi dan kedokteran, janin yang dimiliki kuat serta mampu memberikan cadangan makanan bagi si janin dan Ibu.
Kehamilan jarak dekat juga bisa mengakibatkan kelainan plasenta serta bayi yang memikiki dengan bobot rendah, tidak sehat dan kurang gizi. Dari segi Ibu sendiri, kehamilan yang terlalu dekat jaraknya, dapat membuat Ibu terkena komplikasi kehamilan. Anemia akut, pendarahan, kelahiran prematur, dan yang terburuk bisa saja menyebabkan keguguran.
Jarak kehamilan ideal yang di anjurkan yaitu antara 18-24 bulan. Dalam masa itu, untuk mengantisipasi agar tidak hamil di luar yang direncanakan, penggunaankontrasepsiyang tepat juga perlu. Selain untuk mencegah tumbuhnya janin baru, penggunaan kontrasepsi sebaiknya memperhatikan kecocokan dan kenyamanan seorang Ibu. Buat ibu dan ayah yang khawatir tentang kontrasepsi, ibu bisa membacamitos dan fakta kontrasepsiitu sendiri.
Selain penggunaan kontrasepsi yang tepat, menjaga agar tidak terjadi kehamilan jarak dekat juga bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Penggunaan sistem kalender
Perhatikan waktu ovulasi, Ibu dan Ayah harus benar-benar memperhatikan siklus haid. Sehingga, ketika ingin melakukan hubungan suami istri sebaiknya di luar rentang waktu seminggu sebelum masa ovulasi dan 5 hari setelah masa ovulasi itu.
2. Melakukan withdrawal
Pada saat Ibu dan Ayah melakukan hubungan suami istri, sebaiknya minta agar Ayah melakukan ejakulasi di luar tubuh Ibu. Sehingga sperma tidak masuk ke rahim Ibu dan melakukan pembuahan.
3. Melakukan tes ovulasi
Tes ovulasidilakukan dengan menggunakan alat pendeteksi masa subur yang bisa dibeli di apotik atau toko farmasi. Alat ini mampu memprediksi tingkat hormon yang dapat mempengaruhi terjadinya ovulasi. Namun perlu diperhatikan, cara ini dilakukan dengan memperhatikan siklus menstruasi Ibu di bulan lalu.
4. Penggunaan kondom
Walaupun banyak yang mengatakan penggunaan kondom tidak 100% dapat mencegah kehamilan, tapi penggunaan kondom sudah umum guna menghambat terjadinya pembuahan di rahim Ibu.
5. ASI eksklusif
Ibu yang sedang menyusui dikatakan sedang dalam keadaan tidak subur. Memberikan ASI dapat menghambat ovulasi serta haid bagi Ibu yang baru melahirkan. Walaupun tidak selalu berhasil, karena seorang Ibu yang menyusui bisa saja memasuki masa subur tanpa diketahui. Adapun cara yang bisa digunakan, Ibu harus siap setiap saat kapanpun si anak ingin menyusu. Jeda antar waktu menyusui sebaiknya jangan lewat dari 4 jam. Ibu sebaiknya tidak memerah ASI, karena proses bayi mengisap ASI ini sangat penting.
Walaupun cara selain penggunaan kontrasepsi tidak 100% efektif, namun jika dilakukan dengan tekad yang kuat serta komitmen yang tangguh, cara ini bisa membantu untuk mencegah kehamilan yang tidak terlalu dekat.