1. Home
  2. ยป
  3. Creator
1 November 2019 12:10

Ini perbedaan laki-laki dan perempuan dalam mengelola percakapan

Pahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam mengelola percakapan. Nathaniel Antonio Parulian | Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

Setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan pasti pernah mengirimkan pesan satu sama lain melalui percakapan. Entah percakapan antara laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan sesama perempuan, atau antara laki-laki dengan perempuan. Sebagian dari kita pasti banyak yang tidak sadar kalau di dalam percakapan antara dua jenis kelamin tersebut memiliki perbedaan.

Ruben dan Stewart (2013) membagi perbedaan-perbedaan tersebut melalui norma percakapan antara laki-laki dan perempuan. Mereka mengatakan kalau laki-laki mengadopsi gaya yang kompetitif, sementara perempuan mengadopsi cara yang lebih kooperatif. Maksudnya, ketika antara laki-laki dengan sesama laki-laki melakukan percakapan, mereka cenderung bersaing di dalam topik pembicaraan yang sedang dibahas seperti dalam hal pekerjaan, hobi atau kegemaran, status hubungan, atau hal-hal sederhana seperti selera berpakaian.


Di dalam percakapan antara laki-laki pada umumnya mereka sering menonjolkan kelebihannya, kekuatannya, pengetahuannya dari pekerjaan maupun hobi dan kegemarannya. Lain halnya dengan perempuan yang lebih mengedepankan kerja sama dalam melakukan percakapan. Maksudnya ketika antara sesama perempuan melakukan percakapan mereka lebih menggunakan perasaaan yang mendalam ketika menanggapi lawan bicarasaat pembicaraan sedang berlangsung.

Lebih lanjut dipaparkan oleh Ruben dan Stewart (2013) bahwa perbedaan norma percakapan antara laki-laki dan perempuan terletak pada mengawali atau memulai percakapan. Mereka menganggap bahwa perempuan lebih ahli dalam memulai suatu percakapan, namun kemampuan laki-laki dalam memperhatikan percakapan lawan bicaranya yang juga sesama laki-laki memiliki potensi lebih besar untuk dilanjutkan.

Hal lain yang dapat menarik perhatian adalah dalam hal mengajukan pertanyaan. Kemampuan ini yang banyak dimiliki oleh perempuan dalam membangun percakapan. Umumnya laki-laki cenderung menyampaikan pesan timbal balik sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh perempuan. Sementara jika percakapan terjadi antara sesama laki-laki umumnya mereka menggunakan pola komunikasi yang tidak sempurna sehingga hal tersebut yang membuat sesi percakapan sering terhenti di tengah jalan.

Selanjutnya, ketika percakapan terjadi antara sesama perempuan, mereka cenderung menggunakan lebih banyak kosakata ketika topik pembicaraan yang dibahas dalam percakapan menarik bagi mereka, seperti membahas kosmetik, pakaian, aksesoris dan hubungan asmara, sementara itu laki-laki akan menggunakan sejumlah kosakata tertentu ketika mereka menguasai bidang ilmu pengetahuan, hobi dan kegemaran tertentu seperti dalam bidang olahraga, otomotif, musik, dan perkakas.

Seorang peneliti, Robin Lakoff juga merumuskan hal-hal menarik dalam perbedaan norma percakapan antara laki-laki dan perempuan, yaitu pada penggunaan kata sifat. Kecenderungannya, perempuan akan menggunakan penggunaan kata sifat lewat istilah seperti cantik, manis, lucu, dan menggemaskan. Sementara laki-laki akan terasa janggal jika menggunakan kata sifat lewat istilah-istilah tersebut. Mereka cenderung menggunakan kata sifat seperti baik, bagus, dan keren dalam menilai suatu objek tertentu.

Jika memperhatikan sosok laki-laki yang ada di kehidupan atau di sekitar kita, mereka cenderung lebih ahli dalam kemampuan berargumentasi atau mempertahankan pendapatnya serta menyerang pendapat orang lain dalam interaksi percakapan. Seperti yang banyak kita temui dan saksikan pada siaran debat yang dipublikasikan di televisi. Jika kita saksikan dengan seksama siaran debat di televisi, banyak argumentasi laki-laki yang tepat sasaran dibandingkan dengan argumentasi yang dikemukakan oleh perempuan.

Walaupun banyaknya perbedaan norma dalam interaksi komunikasi melalui percakapan, pada akhirnya perbedaan-perbedan yang dipaparkan di atas dapat diperkuat dengan konsep maskulinitas dan feminitas dari hasil konstruksi sosial dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat. Artinya, norma-norma percakapan tersebut tidak absolut, melainkan dapat disesuaikan dengan peran maskulin dan feminin yang dilekatkan kepada masing-masing jenis kelamin.

(brl/red)

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags