1. Home
  2. ยป
  3. Creator
31 Mei 2018 18:05

Ini di tradisi unik selama Ramadan di Serambi Mekah, Aceh

dari meugang sampai top teupong Rahmat Hidayat

Bulan Ramadan merupakan bulan paling mulia diantara bulan-bulan lainnya, maka tak mengherankan jika banyak umat mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya di bulan ini. Berbeda daerah tentu berbeda pula tradisi yang digelar untuk menyambut atau mengisi bulan suci Ramadan. Di Aceh, ada beberapa tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun dan masih bertahan hingga saat ini. Apa saja tradisi tersebut? Berikut adalah 5 tradisi umat Islam di Aceh dalam menyambut dan mengisi bulan Ramadan.

1.Meugang



Seperti dikutip dari detik.com, Jumat (26/05/2017), Masyarakat Aceh punya tradisi khusus menyambut bulan suci Ramadan. Dua hari sebelum puasa, warga Tanah Rencong membeli daging lembu atau kerbau untuk dimasak, lalu disantap bersama. Tradisi ini sudah berlangsung sejak 400 tahun lalu.

Saat hari meugang, para warga Aceh seperti sudah menjadi kewajiban untuk membeli daging. Pasar-pasar di Aceh dipenuhi oleh daging-daging sapi. Meskipun saat hari meugang, harga daging melambung dan mencekik leher, tetapi tetap saja masyarakat Aceh membelinya.

2.Berbuka Puasa di Meunasah


Meunasah atau surau adalah sebuah bangunan yang memiliki banyak fungsi. Selain untuk beribadah secara berjamaah saat tiba waktu shalat, meunasah juga sering menjadi tempat untuk bermusyawarah mufakat menyelesaikan berbagai agenda di desa. Saat bulan Ramadan, meunasah selalu dipenuhi warga masyarakat untuk buka puasa bersama. Secara bergiliran, setiap kepala keluarga yang merupakan warga desa yang memiliki kemampuan berkenduri dan membawakan makanan untuk berbuka puasa.

3.Memasak Kanji Rumbi


Kanji rumbi merupakan makanan khas Aceh yang hanya ditemui saat bulan Ramadan. Masakan serupa bubur ayam dengan bumbu-bumbu khas ini memang menjadi primadona di bulan suci. Beberapa mesjid besar di Aceh bahkan menyediakan kanji rumbi dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat untuk makanan buka puasa.

4.Menyantuni Anak Yatim


Bulan suci Ramadan membawa berkah tersendiri bagi anak-anak yatim dan piatu. Berbagai kelompok masyarakat dan komunitas sosial menggelar acara buka puasa bersama para anak yatim dan piatu. Seusai makan dan sebelum pulang, mereka biasanya disantuni amplop berisi oleh para ketua dan anggota komunitas. Ada juga yang membelikan pakaian baru agar anak-anak yatim dan piatu tersebut nantinya bisa merayakan hari raya sama seperti anak-anak lainnya.

5.Top Teupong


Top teupong berasal dari dua kata, yaitu top yang berarti menumbuk, dan teupong adalah tepung. Dengan begitu, top teupong dapat diartikan dengan menumbuk beras hingga halus dan menjadi tepung. Top teupong biasanya dilakukan menggunakan alat tradisional yang disebut Jeungki, namun sekarang ini alat ini mulai jarang ditemukan di rumah-rumah warga seiring semakin canggihnya teknologi. Jeungki kini digantikan oleh alat-alat penggilingan yang tentunya lebih cepat dan menghemat tenaga.

Tujuan sebenarnya top teupong ini adalah untuk mendapatkan tepung yang akan dijadikan bahan dasar membuat kue. Kue-kue tersebut nantinya akan menjadi hidangan saat menerima tamu hari raya. Menyediakan beragam jenis kue saat lebaran adalah bentuk memuliakan tamu dan anggota keluarga jauh yang berkunjung untuk memperkuat silaturrahmi.

Dulu, saat para ibu-ibu rumah tangga menumbuk tepung menggunakan jeungki, anak-anak kecil selalu ramai mengelilingi area penumbukan dan menunggu bagian dari tumbukan tepung yang disebut krak teupong. Krak teupong atau kerak tepung ini bisa langsung dimakan, tetapi ya, karena ini adalah tepung, biasanya mulut anak-anak yang memakannya agak belepotan. Namun disitulah sisi lain dari keceriaan masa kecil saat saling tertawa ngakak karena mulut kawan semuanya belepotan tepung. hehehe

(brl/red)

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags