1. Home
  2. ยป
  3. Creator
4 Oktober 2018 11:53

Belajar dari Jepang, negeri rawan gempa dan tsunami

Indonesia dan Jepang sama-sama terletak di daerah merah. Keduanya berdiri di zona Cincin Api Pasifik, lokasi dari 90 persen gempa di dunia. Nana

Indonesia sedang siaga bencana gempa bumi, dalam 2 bulan terakhir telah terjadi gempa di 3 wilayah. Pada Minggu (5/8/2018) gempa bumi berkekuatan 7 skala richter melanda Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada akhir September, Indonesia kembali dilanda gempa 7,4 skala richter dan disertai tsunami mencapai 7 meter yang melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Dan pada Selasa (02/10/2018), kembali terjadi gempa 6,3 SR yang mengguncang Sumba Timur NTT.

Indonesia dan Jepang sama-samaterletakdi daerah merah. Keduanya berdiri di zona Cincin Api Pasifik, yang tak lain adalah lokasi dari 90 persen gempa di dunia. Karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Jepang untuk menanggulanginya.


Berikut adalah 3 hal yang dapat dipelajari dari Jepang dalam mengantisipasi dampak dari bencana gempa dan tsunami.

1. Konstruksi bangunan tahan gempa.

Salah satu struktur bangunan tahan gempa yang digunakan di Jepang yaitu teknik bernama "Goju-no-to". Yang biasa digunakan oleh kuil-kuil tradisional Jepang. Memiliki pilar pusat tebal yang tidak terhubung langsung ke lantai sehingga pilar dan lantai tidak bergetar ke arah yang sama ketika gempa bumi menggoyang. Yang terjadi, getaran di setiap bagian saling mengimbangi.

Ada juga struktur beton bertulang yang mampu menahan gempa meski tidak mengurangi risiko getaran. Sistem isolasi seismik, demikian struktur ini disebut, memanfaatkan minyak, karet, dan zat-zat lain yang tertanam di antara struktur bangunan dan tanah. Bantalan yang tercipta dari struktur yang dipakai oleh 7.600 konstruksi di Jepang ini menjadikan bangunan tahan gempa.

Sedangkan untuk rumah tinggal, material semen dan serat selulosa sudah terbukti tahan terhadap guncangan gempa. Material ini juga sudah banyak digunakan di Indonesia. Selain itu baja ringan dan juga bata ringan bisa menjadi material pilihan. Rumah kontainer yang saat ini mulai banyak digunakan, pun bisa menjadi bangunan anti gempa.

2. Sistem peringatan tsunami.

Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengoperasikan Layanan Peringatan Tsunami, sebuah sistem yang akan mengirimkan peringatan tsunami dalam tiga menit pertama setelah gempa. JMA memiliki 200 seismograf dan 600 alat meter intensitas seismik, ditambah 3.600 alat meter intensitas seismik yang dikelola pemerintah lokal bersama Institut Riset Nasional untuk Ilmu Bumi dan Pencegahan Bencana (NIED). Data dikumpulkan dari perangkat-perangkat tersebut kemudian dikelola oleh Sistem Pengamatan Fenomena Gempa Bumi (EPOS) yang berpusat di Tokyo.

Sistem tersebut juga terintegrasi dengan stasiun televisi nasionalNHK. Data mengenai kekuatan gempa segera muncul di siaran televisi lengkap beserta informasi potensi tsunami. Di sebagian kota, pengeras suara digunakan untuk menyiarkan informasi darurat kepada penduduk. Di beberapa daerah pedesaan, pemerintah mendistribusikan radio ke khalayak agar mereka bisa menerima perintah evakuasi.

Handphonedi Jepang memiliki sistem peringatangempa dan tsunami yang dipasang. Sistem ini akan memberi peringatan sekitar 5 hingga 10 detik sebelum bencana terjadi, peringatan juga akan memberi tambahan waktu untuk melarikan diri ke tempat aman atau berlindung di bawah meja.

3. Program mitigasi gempa dan tsunami.

Secara rutin warga Jepang, terutama anak-anak diajarkan cara menghadapi gempa dan tsunami. Warga Jepang diajarkan agar tidak panik saat terjadi bencana, melarikan diri dengan teratur dan tidak terburu-buru. Pihak Pemadam Kebakaran Jepang juga punya alat simulasi gempa. Tujuannya adalah membiasakan anak-anak sekolah merasakan sensasi gempa sehingga lebih peka mengambil langkah-langkah penyelamatan diri.

Untuk mengurangi dampak kerusakanakibat bencana alam, pemerintah Jepang memberikan panduan luas tentang cara bertahan hidup saat terjadi gempa atau tsunami. Setiapwarga di sana menyiapkan ransel darurat untuk menyimpan hal-hal penting seperti senter, obat-obatan, makanan, selimut dan lainnya untuk bertahan hidup selama tiga hari hingga 1 minggu.

Semoga Indonesia bisa lebih baik dalam menanggulangi bencana gempa dan tsunami, sehingga dapat meminimalisir dampak kerusakan, dan masyarakat lebih aman.

(brl/red)

Source:

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags