1. Home
  2. ยป
  3. Creator
14 Februari 2019 14:40

AC Milan: Lain dulu lain sekarang

Tim kelas berat yang berkembang pesat di jantung kejayaan domestik dan Eropa. Fatur Lenoir

Pada suatu masa yang belum lama ini, klub asal Italia, AC Milan, menjadi tim kelas berat yang berkembang pesat di jantung kejayaan domestik dan Eropa. Memegang kunci dari salah satu yang terbaik di Eropa, Guiseppe Meazza menjadi salah satu tujuan utama yang terkenal bagi mata Internasional. Tapi itu hanyalah cerita manis yang telah berlalu. Kini tim Kota Milan tersebut sedang tertatih dalam mencapai kembali kekuasaannya.


Dalam upaya baru-baru ini untuk kembali ke kejayaan mereka sebelumnya, investasi yang signifikan sejak itu telah menembus pembuluh darah I Rossoneri... Tanpa efek yang diingankan. Kegagalan terbaru terjadi saat tersingkirnya mereka dalam kompetisi Liga Eropa yang memalukan di Olympiacos. Hal ini memperpanjang puasa gelar mereka menjadi 8 tahun.

Dan artikel ini akan menggali lebih dalam mengenai kesulitan dari I Rossoneri, yang dulunya tak tersentuh.

Tahun-tahun kejayaan

Dalam perseteruan dua arah dengan Juventus, dominasi AC Milan di Eropa membentang selama 2 dekade, antara tahun 1990 hingga 2010. Tahun 90an mereka mencatat 5 Scudetto dan gelar Liga Champions Eropa, dengan pemain-pemain yang bersinar seperti Marco van Basten dan Ruud Gullit.

Bahkan, mereka menjadi tim pertama dalam sejarah kompetisi papan atas Italia yang sepanjang musim tak terkalahkan, dalam perjalanan menuju Scudetto ke 12 mereka pada musim 1991/1992, ketika mereka mempertahankan filosofi penyerangan mereka yang terkenal dan infrastruktur penting bagi para pemain muda.

Trio Paulo Maldini, Franco Baresi, dan Demetrio Albertini bersinar di bawah lampu sorot San Siro, dalam sebuah spiral talenta asli kota Milan di tengah trofi yang belum pernah diraih sebelumnya.

Meskipun pergantian milenium terbukti agak kurang memuaskan, I Rossoneri di kemudian hari akan memiliki dua pemain paling berpengaruh sepanjang masa dalam sejarah klub. Di antara tokoh-tokoh hebat yang ditakuti seperti Andrea Pirlo, Filippo Inzaghi, dan Andrea Nesta, muncul dua nama yaitu Kaka dan Andriy Shevchenko, yang terbukti menjadi pemain paling integral bersama klub.

Shevchenko menjadi pencetak gol tertinggi di Milan dalam 6 dari 7 musim. Ia juga mencetak gol kemenangan melawan rival mereka dari Italia, Juventus, dalam final Liga Champions Eropa 2002/2003. Sedangkan rekannya dari Brazil, Kaka, sudah on fire sejak tahun pertamanya di klub dengan menjuarai Scudetto dan Piala Super UEFA. Ia menyapu bersih penghargaan Pemain Terbaik Serie A selama bersama Milan. Keduanya kemudian menempatkan nama mereka dalam sejarah AC Milan.

Meskipun mereka berdua menelan kekalahan dalam final terkenal Liga Champions Eropa kala melawan Liverpool, Kaka kemudian membantu timnya dalam membalas kekalahan mereka terhadap The Reds di musim 2006/2007.

Namun, tidak ada yang bisa mengantisipasi nasib pasukan Italia yang bertabur bintang itu. I Rossoneri harus menunggu 7 tahun yang menyakitkan untuk meraih gelar Serie A ke-18 mereka pada musim 2010/2011, yang (awalnya) dimaksudkan untuk menyalakan kembali status kejayaan mereka.

Sebagai gantinya, rival mereka, Inter dan Juventus telah menghapuskan harapan mereka untuk kembali ke masa kejayaan sebelumnya dengan memenangi 13 dari 14 gelar Serie A (sejak 2004), karena mereka telah layu melampaui kepercayaan para pengikut setianya.

Bersambung ke Part 2...

(Sumber: diterjemahkan dari 90min.com oleh Craig Doherty)

(Sumber foto: fortune.com; theseasonticket.ie; pinterest.it; pinterest.com)

(Artikel ini telah diterbitkan di UC News dengan judul yang sama)

(brl/tin)

Source:

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags