1. Home
  2. ยป
  3. Creator
23 Januari 2020 19:07

5 Keunikan yang dapat kamu temukan di De Djawatan Benculuk Banyuwangi

Tak hanya sekadar tempat untuk mencari spot foto keren, De Djawatan Benculuk juga punya lima keunikan lain yang perlu kamu tahu. Akhmad Idris

Kawasan Perhutani Banyuwangi di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi yang terkenal dengan nama De Djawatan Benculuk menjadi populer karena menawarkan spot foro seperti latar hutan dalam film The Lord of The Rings. Hal yang membuatnya mirip dengan latar hutan dalam film tersebut adalah pepohonan trembesi tua yang berukuran besar.

Pepohonan trembesi menjadi semakin mirip dengan film tersebut karena ditumbuhi tanaman paku-pakuan atau sejenis benalu di pohon trembesinya. Hal inilah yang membuat De Djawatan Benculuk menjadi spot yang pas buat menambah koleksi unggahan foto di media sosialmu. Tak jarang De Djawatan juga dijadikan sebagai lokasiprewedding.


Padahal, De Djawatan Benculuk bukan hanya sekadar hutan yang elok digunakan untuk berfoto. Terdapat lima hal unik lainnya di dalamkawasan De Djawatan Benculuk ini. Berikut ulasannya.

1. Terdapatkafe di tengah-tengah hutannya.

Baru-baru ini telah dibangun sebuah kafe di De Djawatan yang biasanya menampilkan pertunjukan live musicpada akhir pekan. Bagi kamu yang ingin menikmati sensasi nongkrong di tengah hutan dengan sajian musik-musik kekinian, De Djawatan menjadi destinasi yang tidak boleh ditinggalkan. Rasa lelah karena berkeliling hutan untuk mendapatkan jepretan terbaik dapat diobati dengan mengistirahatkan tubuh di kafe ini.

2. Menjadi lokasi syuting film Kafir(2018) yang dibintangi oleh Sujiwo Tedjo.

Selain menjadi tempat indah untuk berfoto, De Djawatan Banyuwangi juga menyimpan aura mistis tersendiri. Oleh sebab itu De Djawatan dipilih sebagai salah satu lokasi syuting film horor yang berjudul Kafir: Bersekutu dengan Setan. Sebuah film horor yang dibalut dengan unsur klenik.

3. Pelestari pohon-pohon trembesi tua.

Keberadaan De Djawatan juga membantu langkah pelestarian pohon-pohon tua yang menjadi paru-paru dunia. Di saat pohon-pohon besar di tempat lain menjadi buruan dengan tujuan menjadi hiasan kemewahan, pohon-pohon besar di De Djawatan masih dilindungi dan dilestarikan dengan baik sebagai objek wisata.

4. Menjadi sarang kelelawar.

Di salah satu sudut De Djawatan terdapat sebuah kompleks dengan bau khas. Jika di antara pengunjung ada yang mencium bau khas tersebut, maka tempat itulah yang menjadi sarang kelelawar. Hal ini menjadi penyeimbang ekosistem, sebab kelelawar juga memiliki beberapa fungsi positif.

Peneliti kelelawar dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan bahwa kelelawar dapat digunakan sebagai pembasmi hama pertanian (wereng). Selain itu, kelelawar jenis Megaderma Spasma dapat digunakan untuk membasmi hama tikus. Beberapa jenis kelelawar lain juga bermanfaat sebagai penyerbuk dan penyebar bibit-bibit pohon. Oleh sebab itu, kepunahan kelelawar akan berdampak pada kepunahan jenis pohon tertentu.

5. Menjadi tempat alternatif mencari inspirasi (bagi penulis atau content creator).

Beberapa penulis dan pembuat konten-konten inovatif seperti blogger dan YouTuber membutuhkan ide-ide yang segar untuk terus menjaga eksistensinya. De Djawatan dapat dijadikan sebagai salah satu tempat menemukan ide-ide segar tersebut karena dibantu dengan suasana sejuk dan teduhnya hutan De Djawatan. Karena ide yang segar dapat ditemukan di tempat yang segar pula.

(brl/red)

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags