1. Home
  2. ยป
  3. Creator
23 Juli 2020 15:50

5 Fakta Sapardi Djoko Darmono, sastrawan besar kebanggaan Indonesia

Puisi berjudul Hujan Bulan Juni (1994) merupakan salah satu mahakarya Sapardi Djoko Damono. Yeni Endah

Minggu (19/7) dunia sastra kehilangan sosok sastrawan besar kebanggaan Indonesia yaitu Sapardi Djoko Damono yang mengembuskan napas terakhirnya pada Minggu (19/7) sekitar pukul 09.17 WIB di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.

Sapardi Djoko Damono telah banyak menghasilkan karya dan memperoleh banyak penghargaan atas perannya di bidang sastra sejak tahun 1950-an sampai sekarang. Puisi berjudul Hujan Bulan Juni (1994) merupakan salah satu mahakaryanya. Meski Sapardi telah tiada, tapi nama dan karyanya akan selalu abadi.


Berikut ini lima fakta Sapardi Djoko Damono, sastrawan besar kebanggaan Indonesia.

1. Masa kecil.

Foto: seruni.id

Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta tanggal 20 Maret 1940, di rumah kakeknya yang merupakan abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta dan pembuat wayang kulit.

2. Aktifsebagai dosen.

Foto: kagama.co

Selesai kuliah, Sapardi pernah menjadi dosen tetap Ketua Jurusan Bahasa Inggris di IKIP Malang Cabang Madiun tahun 1964-1968. Tahun 1973, ia pindah dari Semarang ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison.

Sejak tahun 1974, Sapardi mengajar di Fakultas Sastra-Budaya Universitas Diponegoro. Ia pernah menjabat sebagai dekan FIB UI periode 1995-1999 dan menjadi guru besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia Jurusan Sastra Indonesia.

3. Mahir memainkan wayang dan aktif di dunia teater.

Foto: popmama

Sapardi mahir dalam memainkan wayang kulit yang mewarisi keahlian kakeknya. Pria yang akrab disapa SDD ini juga merupakan gitaris andal. Semasa kuliah, ia kerap memainkan gitarnya.

Sapardi juga aktif di dunia teater. Berbagai lakon pernah ia jalani saat masih bergabung dengan Teater Rendra pimpinan W.S Rendra. Sapardi juga pernah menjadi sutradara yang menggarap Petang di Tamankarya Iwan Simatupang.

4. Karya sastra.

Foto: tribunnewsmaker

Sapardi Djoko Damono masuk dalam kelompok pengarang angkatan 1970-an. Beberapa karya yang telah dibuatnya antara lain, Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), dan Arloji (1998). Serta Ayat-ayat Api (2000), Mata Jendela (2000), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro (2003), kumpulan cerpen Pengarang Telah Mati (2001), dan kumpulan sajak Kolam (2009).

5. Penghargaan.

Foto: tribunstyle.com

Selama menekuni dunia sastra, Sapardi telah memperoleh banyak penghargaan di antaranya Basis atas puisinyaBalada Matinya Seorang Pemberontak(1963), Cultural Award dari Pemerintah Australia (1978), Puisi-Puisi Putera II untuk bukunya Sihir Hujan dari Malaysia (1983), Dewan Kesenian Jakarta atas bukunya yang berjudul Perahu Kertas (1984), SEA Write Award (Hadiah Sastra Asean) dari Thailand (1986) Mendapat Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990), dan masih banyak penghargaan lainnya.

(brl/red)

Source:

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags