1. Home
  2. ยป
  3. Creator
8 April 2020 16:15

5 Fakta dan stigma tentang perempuan dan pendidikan, sudah adilkah?

Pendidikan yang berkualitas selayaknya menjadi hak bagi setiap individu. Rian Kusuma Dewi

Pendidikan yang berkualitas selayaknya menjadi hak bagi setiap individu terlepas dari apa gender mereka, di mana mereka tinggal, atau bagaimana keadaan mereka. Namun sayangnya masih banyak perempuan di beberapa negara belum bisa mendapatkan hak mereka mengakses pendidikan. Yuk, simak fakta dan stigma tentang perempuan dan pendidikan berikut ini.

1. 17 juta anak perempuan usia sekolahtidak pernah memasuki ruang kelas.


Saat ini, perempuanlah yang memiliki akses paling rendah ke pendidikan. Dalam populasi individu yang tidak bersekolah di seluruh dunia, 54%-nya adalah perempuan. Peluang anak perempuan mendapat pendidikan berkualitas lebih kecil jika mereka berasal dari keluarga miskin, tinggal di daerah pedesaan, atau memiliki disabilitas. Terutama di negara berkembang masih banyak perempuan tidak bisa sekolah sama sekali.

Diperkirakan terdapat 17 juta anak perempuan usia sekolah tidak pernah memasuki ruang kelas. Hanya 66% negara telah mencapai keseteraan gender dalam akses ke pendidikan dasar, di mana di 35 dari 75 negara setidaknya 25% dari perempuan termiskin masih buta huruf. Yang lebih menyedihkan menurut UNESCO, hingga 80% anak perempuan usia sekolah yang saat ini tidak sekolah tidak mungkin pernah mulai sekolah, sedangkan jika anak laki-laki angka tersebut hanya 16%.

Di lain sisi, anak perempuan yang jauh lebih beruntung sedang menempuh pendidikan juga memiliki risiko tinggi putus sekolah. Di mana saat ini di seluruh dunia terdapat 132 juta anak perempuan putus sekolah. Sedih, ya.

2. Stigma pendidikan dan perempuan.

Di negara-negara sub-sahara Afrika, Asia Tengah, Asia Barat dan Asia Selatan masih terdapat stigma dan budaya yang memberikan perlakuan istimewa pada laki-laki dalam menerima pendidikan. Di mana perempuan dianggap ditakdirkan untuk menikah di usia dini, dianggap lebih cocok bekerja atau dipaksa tinggal di rumah untuk menjaga saudara kandung dan mengerjakan tugas-tugas rumah tanggaa daripada berangkat sekolah.

Bahkan dalam dunia modern stigma pendidikan dan perempuan masih terus berlanjut. Perempuan yang memiliki pendidikan tinggi dianggap ingin menyaingi laki-laki, tidak butuh laki-laki, egois, menyalahi kodrat karena pendidikan tinggi tidak diperlukan bagi perempuan yang seharusnya hanya berkarier di rumah dan masih banyak lagi.

3. Fasilitassekolah tidak mendukung bagi siswa perempuan.

Selain berbagai stigma tentang pendidikan dan perempuan, fasilitas sekolah juga memengaruhi perempuan dalam menempuh pendidikan. Anak perempuan akan kehilangan waktu bersekolah atau bahkan mengalami kesulitan untuk terus bersekolah, terutama di sekolah dengan kondisi fasilitas yang kurang memadai.Menurut World Bank diperkirakan anak perempuan di seluruh dunia kehilangan hingga 20% dari hari sekolah mereka saat periode mestruasi karena tidak memiliki pembalut atau tidak adanya fasilitas kamar mandi dan sanitasi yang layak dan aman di sekolah.

4. Pernikahananak menjadi beban bagi perempuan.

Pernikahan anak berbanding lurus dengan kehamilan usia dini, kehamilan yang sering serta meningkatnya angka putus sekolah pada anak perempuan. Lebih dari 60% pengantin anak di negara berkembang tidak memiliki pendidikan formal, di mana jumlah tersebut tentu saja didominasi oleh anak perempuan.

Menurut perkiraan terbaru, sepertiga anak perempuan di negara berkembang menikah sebelum usia 18 tahun dan sepertiga wanita di negara berkembang melahirkan sebelum usia 20 tahun. Dalam banyak kasus, pernikahan dan melahirkan anak menjadi akhir dari pendidikan formal seorang perempuan. Di 18 dari 20 negara dengan pravelensi pernikahan anak tertinggi, perempuan yang tidak berpendidikan memiliki kemungkinan enam kali lebih besar untuk menikah di usia anak-anak daripada perempuan dengan pendidikan menengah.

5. Pentingnya pendidikan bagi perempuan.

Pendidikan dapat memberdayakan perempuan, menjadikan perempuan memiliki lebih banyak suara, mengatasi diskriminasi gender, dan memberikan perempuan informasi dan perspektif yang lebih luas sehingga mereka lebih dapat membuat pilihan keputusan yang bijak bagi kehidupan mereka selanjutnya. Pendidikan juga akan menempatkan perempuan pada posisi strategis untuk dapat berkontribusi pada masyarakat.

Selain itu menurut UNESCO, jika setiap perempuan menyelesaikan pendidikan dasarnya maka diperkirakan 189.000 nyawa perempuan akan diselamatkan setiap tahun dan kematian balita akan turun 15%. Hal ini karena ibu yang berpendidikan akan memiliki informasi lebih baik tentang sanitasi, gizi, dan imunisasi untuk anak mereka yang berdampak menurunnya kematian anak akibat penyakit yang dapat dicegah seperti diare, malaria atau kekurangan gizi.

Selain itu dalam bidang ekonomi populasi perempuan yang berpendidikan akan meningkatkan produktivitas suatu negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Beberapa negara bahkan kehilangan lebih dari $ 1 miliar setahun karena kegagalan menciptakan pendidikan yang adil bagi perempuan dan laki-laki.

Setelah mengetahui fakta perempuan dan pendidikan, semoga dapat memberikan perspektif baru pada kita bahwa ternyata masih terdapat cukup banyak perempuan yang belum memperoleh hak mereka pada akses pendidikan. Sudah saatnya kita bersama mengubah stigma yang ada di sekitar kita tentang perempuan dan pendidikan. Yuk, bersama kita ciptakan dunia yang lebih baik lagi.

(brl/red)

Source:

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags