Brilio.net - Banyuwangi menjadi tuan rumah Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) yang digelar oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada 24-29 Juni 2019. Ajang yang diikuti oleh 1.000 pelajar dan guru se-Indonesia ini jadi pendorong agar generasi muda untuk mencintai dunia riset.

"Para pelajar se-Indonesia itu diajak melakukan riset lapangan di berbagai tempat di Banyuwangi dengan cara yang menyenangkan, sehingga dunia riset tak lagi dinilai selalu membosankan. Kami berterima kasih kepada LIPI telah menunjuk Banyuwangi sebagai tuan rumah," tegas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas seperti dilansir Brilio.net dari Merdeka, Kamis (27/6).

Eksperimen yang akan dilakukan dalam PIRN ini meliputi bidang ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial, dan ilmu teknik di sejumlah lokasi di Banyuwangi, seperti lokasi konservasi terumbu karang di Bangsring Underwater, Agro Wisata Tamansuruh, Pusat Kopi Gombengsari, Desa Adat Osing Kemiren, dan Mal Pelayanan Publik.

Merdeka_Banyuwangi_PIRN © 2019 brilio.net

foto: Merdeka.com

Riset di Indonesia tak kalah dari negara maju lain. Anas mengutip data dari R&D Magazine Survey yang menempatkan Indonesia di peringkat 28 terbesar dari 116 negara dengan dana riset sebesar USD 10,23 miliar atau 0,91 persen dari PDB.

"Riset ini bisa dibilang kunci segala hal. Dan itu didorong pemerintah pusat dengan terus menaikkan dana riset. Semoga dari ajang PIRN di Banyuwangi ini bisa lahir generasi sains milenial yang di masa depan menjadi peneliti andal Indonesia," jelas Anas.

Menurutnya, riset di berbagai bidang ini merupakan respon daerah atas kebijakan pemerintah pusat yang memfokuskan pengembangan sumber daya manusia pada tahun-tahun mendatang. Anas juga memberikan stimulus untuk mendorong anak muda dalam dunia teknologi dan ilmu pengetahuan di Banyuwangi.

Hal ini termasuk beasiswa mahasiswa, hibah penelitian yang membantu pertanian, UMKM Banyuwangi, riset terapan pertanian seperti lahan uji coba, dan uji varietas. Pemkab juga mendorong kementerian, lembaga pendidikan, BUMN, dan swasta untuk melakukan riset terapan maupun pengembangan produk dan proses bisnis baru di Banyuwangi.

"Silakan, Banyuwangi sangat terbuka untuk inovasi. Misalnya ada kampus menemukan skema pengembangan ternak, bisa kolaborasi dengan kami. Seperti misalnya Walton Family Foundation dari Amerika Serikat yang mencoba menerapkan teknik-teknik baru untuk meningkatkan produktivitas tambak udang di Banyuwangi secara berkelanjutan," tutup Anas.