Brilio.net - Tingginya harga cabai beberapa waktu lalu tentu membawa keberkahan bagi petani cabai. Ialah Kampred alias Mujiat seorang petani asal sebuah desa di lereng Gunung Kelud, Puncu, Kediri, Jawa Timur.

Kampred pun merasakan 'manisnya' harga cabai yang sempat meroket. Musim panen kali ini, Kampred berhasil mengantongi setidaknya Rp 100 jutaan.

Sebelum menjadi petani cabai seperti sekarang, Kampred pernah jatuh bangun jadi pemborong tebu serta memiliki anak buah. Namun tanah yang ia tanami tebu hancur akibat terjangan erupsi Gunung Kelud tahun 2014 lalu.

Karena masih punya tanggungan menggaji karyawan, Kampred pun terpaksa berhutang pada rentenir.

"Berurusan dengan rentenir membuat hidup saya seperti tak berkah, ada aja masalah yang datang dan pergi," ungkap Kampred.

Ikhitiarnya untuk memulihkan kembali perekonomian keluarga pun semakin mendapat titik terang. Kampred mengabdikan diri untuk menjadi pengurus di KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Lamor Kelud Sejahtera yang dibentuk oleh LAZ Al Azhar.

KSM sendiri merupakan program Sejuta Berdaya, untuk membina dan memberdayakan para petani. Dana Sejuta Berdaya pun diperoleh dari dana kebajikan (qardhul hasan) dan dana sosial lainnya seperti dari zakat dan program CSR dari lembaga keuangan syariah.

Di KSM ini Kampred dan 82 orang rekan satu angkatannya mendapat pinjaman modal tanpa riba dan juga dibekali ilmu agama. Bukan cuma materi pembelajaran, Kampred pun mendapat pelatihan bertani langsung oleh para ahli pertanian.

Kini, Kampred pun telah bebas dari masalah hutang dan riba bahkan berkat cabai kebanjiran rejeki. Tanah tebu yang terkena erupsi justru subur menjadi lahan cabai.

Setiap masa panen, lahan miliknya selalu menghasilkan minimal setengah kuintal cabai. Di masa puncak panen, cabai di lahan Kampred bisa mencapai 1,5 kuintal lebih.