Brilio.net - Kabar negatif kembali menimpa Facebook. Setelah April lalu publik dihebohkan dengan skandal kebocoran data pengguna, kini media sosial besutan Mark Zuckerberg itu dikabarkan salah dalam melaporkan data iklan video. Facebook dituduh menggelembungkan data metrik penonton video. 

Facebook tahu tentang ketidakakuratan dalam jumlah pemirsa video yang diberikannya kepada pengiklan. Pengiklan ditipu untuk menggunakan platform tersebut dengan iming-iming keyakinan bahwa orang menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton di Facebook daripada melalui platform video lainnya.

Ironisnya, hal tersebut ternyata sudah  diketahui Facebook sejak tahun 2016. Akan tetapi, pihak Facebook sendiri baru memberi tahu para kliennya setahun setelahnya. Tak terima dengan hal tersebut, para klien pun meminta kompensasi, ganti rugi, biaya hukum dan bantuan lainnya, tetapi tidak mengungkapkan jumlah.

Dikutip dari CNBC, pada bulan September 2016 pihak Facebook mengakui bahwa mereka telah melebihkan rata-rata waktu menonton iklan video menjadi 60 hingga 80 persen selama dua tahun karena kesalahan perhitungan.

Sementara itu, dalam gugatan yang diajukan oleh sekelompok agensi media sosial kecil dan konsultan pemasaran, mereka mengklaim bahwa Facebook meningkatkan rata-rata waktu penayangan iklan sebesar 150 hingga 900 persen.

"Tapi daripada mengoreksi metrik pada Januari 2015 dan memberitahu pengiklan, Facebook (malah) mengatakan 'penurunan 40% akan menjadi terlalu signifikan dan dapat merusak kepercayaan pengguna'," ucap penggugat.

Namun, pernyataan penggugat tersebut ditampik oleh Facebook. Dalam sebuah email yang dikirim ke CNBC Facebook mengaatakan bahwa gugatan itu tidak berdasar dan perusahaan telah mengajukan mosi untuk menolak klaim tersebut.

"Pernyataan bahwa kami mencoba menyembunyikan masalah ini dengan cara apa pun dari mitra kami itu tidak benar. Kami memberi tahu pelanggan kami tentang kesalahan saat kami menemukannya - dan memperbarui pusat bantuan kami untuk menjelaskan masalah ini," tegas pihak Facebook.