Brilio.net - Hampir setiap hari kejahatan terjadi di berbagai belahan bumi. Berita  berupa kekerasan, teror, bom mobil, penyerangan, bom bunuh diri, pemenggalan, mutilasi mengisi layar televisi. Para pelaku kemudian dicap sebagai 'orang sakit' karena dianggap berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Nah, hal ini bisa ditinjau dari sudut pandang psikologi lho.

Seorang psikoterapis, Joachim Bauer adalah ilmuwan yang mempelajari teori naluri agresif Sigmund Freud. Bauer menyebut sifat bawaan manusia untuk terlibat dalam kekerasan atau brutal sangat menarik ditinjau sisi neurobiologisnya, seperti brilio.net kutip dari dw.com, Rabu (18/11).
 
Oleh karena itu para ilmuwan telah melakukan percobaan untuk menunjukkan apakah sistem reward otak terangsang ketika seseorang terlibat dalam kekerasan. Hasilnya adalah rata-rata orang yang sehat, tidak ada dorongan untuk melakukan kekerasan.

"Sistem yang relevan dari otak tidak menyebabkan rangsang. Apa yang memungkinkan sistem ini menghasilkan rangsang adalah ketika kamu berhasil memperoleh kasih sayang, pengakuan dan penghargaan," kata Bauer.

Studi: Sifat brutal pada manusia bukan sesuatu yang alamiah foto: dw.com
Lanjut dia, mendapatkan apresiasi atas kekerasan meskipun terdengar aneh, namun ternyata dapat dibuktikan secara ilmiah. Percikan kimia positif yang dihasilkan otak menyebabkan seseorang ingin diakui keberadaannya. Hal ini tidak selalu mendorong hubungan interpersonal yang baik. Justru bisa jadi sebaliknya.

"Manusia terkondisikan untuk melakukan kejahatan yang harus diapresiasi," kata ahli syaraf itu.

Penelitian seputar otak ini mungkin mampu menjelaskan sisi sosiologi dan psikologi sosial tentang kejadian yang sedang mengemuka baru-baru ini. Para pemuda bergabung dengan organisasi teroris karena merasa sedang berada di jalan yang baik. Sistem penghargaan atas kekerasan dari otak mereka sedang bekerja. Mekanisme otak ini dipercayai Bauer sebagai penyebab ratusan pemuda meninggalkan Eropa untuk bergabung dalam 'perang suci' di Suriah dan Irak.

Para pelaku kekerasan yang banyak lahir dari kehidupan yang gagal, semisal akibat diabaikan oleh orang tua, gagal dalam studi, atau didiskriminasi oleh mayoritas dalam masyarakat. Deskripsi para pelaku berkali-kali menunjukkan pola yang sama.

Dengan diskriminasi dan penghinaan, bagian yang sama dari otak memunculkan tindakan seperti ketika merasakan nyeri aktif, yang disebut nyeri matriks. Ini berarti, menurut Bauer, rasa sakit tidak hanya disebabkan oleh serangan fisik, tetapi juga dari sisi sosial semisal penghinaan. Nah, kamu sudah tahu sekarang penyebab munculnya sifat jahat manusia.