Brilio.net - Bagi sebagian besar pemuda yang ingin mengembangkan usaha kuliner, kerupuk kedelai pasti tak akan dipilih untuk menjadi usahanya karena dianggap tak berprospek tinggi. Tapi tak begitu dengan Akhmad Khoirul Alvi (23). Meskipun berjiwa muda, ia tak ikut larut seperti teman-temannya yang membuat usaha makanan kekinian lalu dipasarkan via online. Alvi memilih kerupuk kedelai karena dianggap masih akan terus eksis dan dibutuhkan masyarakat.

Meskipun usaha kerupuk kedelai yang diberi label "Anugerah" merupakan warisan ayahnya, tapi andil Alvi dalam membangkitkan lagi usaha tersebut cukup besar. Terbukti kini ia mengaku sangat kuwalahan memenuhi permintaan pasar baik di Kudus yang merupakan tempat tinggalnya maupun di kota-kota lain sekitarnya.

Keikutsertaan Alvi dalam menjalankan bisnis kerupuk kedelai sudah dimulai sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Setiap harinya setelah subuh, ia membantu ayahnya untuk menjemur kerupuk. Tak hanya itu, pulang sekolah ia pun harus memasarkan kerupuk kedelai yang matang ke warung-warung sekitar. Ia juga selalu diajak ayahnya untuk belanja bahan-bahan pembuatan kerupuk. Maka setelah ayahnya meninggal dua tahun lalu dan usaha ditinggalkan kepadanya, sedikitpun ia tak merasa kagok untuk mengelola.

"Dulu pemasaran kerupuk saya malah di luar kota seperti Pemalang, Tegal, Batang, dan kota-kota lain di Kudus. Tapi kini untuk memenuhi permintaan di Kudus saja sudah kuwalahan," terang Alvi kepada brilio.net, Senin (25/5).

Alvi mengatakan bahwa ia senang bisa mengembangkan usaha kerupuk kedelai. Ia pun tak merasa malu lantaran anak muda tapi usahanya tak seperti kebanyakan yang dikembangkan teman-temannya. Sarjana Teknik Informatika (TI) Universitas Muria Kudus (UMK) yang diwisuda April lalu ini tak tertarik untuk beralih ke usaha yang sesuai bidang kuliahnya. Ia merasa telah nyaman berwirausaha kerupuk.

Usaha Alvi untuk mengembangkan kerupuk kedelai bukan tanpa kendala. Tahu lalu tempat usaha kerupuk kedelai yang terletak sekitar 100 meter dari rumahnya kebakaran. Untung tak seluruh barang dagangannya ludes terbakar. Si jago merah masih menyisakan separuh dari kerupuk kedelai yang ada di gudangnya. "Untuk melanjutkan usaha kerupuk kedelai saya harus utang ke bank, tapi alhamdulillah sekarang sudah berjalan dengan baik lagi," kata Alvi.

Kepiawaian Alvi dalam mengelola usaha membuat usahanya ini bangkit lagi. Kini, setiap bulannya Alvi memproduksi 4 ton kerupuk kedelai mentah. Kerupuk kedelai buatannya itu dipasarkan dengan harga Rp 40.000 per 5 kg.