Brilio.net - Tak banyak yang tahu jika tanaman sorgum memiliki nilai ekonomis tinggi. Salah satu orang yang berhasil memaksimalkan sorgum adalah Iskandar Yusuf (42), pria asli Kasongan, Bantul.

Dia memulai bisnis sapu dari rumput sorgum sejak 2005. Hingga saat ini, produk sapu yang ia hasilkan 100% di ekspor ke Jepang.

Sapu sorgum ini dikerjakan menggunakan tangan (handmade), prosesnya menjadi memakan waktu yang lama karena dibutuhkan ketelitian dan kejelian. Dalam satu bulan, pengiriman sapu ke Jepang sebanyak tiga kontainer.

Yusuf termasuk salah satu pengusaha yang jeli melihat peluang. Kompetitornya pun bisa dihitung jari untuk pasar internasional. Saat ini ia bisa meraup USD 15 ribu atau sekitar Rp 200 juta per-kontainer dalam sekali pengiriman ke Jepang. Bayangkan dalam sebulan bisa mengirim 3 kontainer, Rp 600 juta mengalir dalam bisnis sapu sorgum ini.

Sapu asal Gamping ini menembus pasar ekspor, omzet Rp 600 juta/bulan Namun, karena kalah populer dari jagung dan padi, sehingga jarang menemukan petani yang menanam sorgum karena faktor harga jual lebih rendah.

"Awalnya tanam sendiri, saat ini mulai merintis mencari lahan yang cocok untuk menanam rumput Hamada (nama lain sorgum), banyak petani dari luar Jogja lebih berkembang dan memenuhi pasokan rumput Hamada. Perluasan area tanam saat ini sudah sampai di Tegal, Semarang dan Demak," ujar pemilik CV. Alam Indah ini kepada brilio.net, Jumat (14/8).

Hal itu membuat Yusuf mengalami kesulitan pembuatan sapu karena terbatasnya pasokan bahan baku, padahal permintaan pembeli terus datang.

Karena mengalami kesulitan bahan baku, permintaan ekspor yang belum bisa terpenuhi, membuat Yusuf berpikir ulang untuk menjual produknya di pasar lokal.

Saat ini ia mempekerjakan karyawan kurang lebih 30 orang, sebagian bekerja di gudang sekaligus workshop milik Yusuf di Sumber Gamol, Gamping, Jogja.