Brilio.net - Indonesia pernah membuat bangsa-bangsa lain takjub, tatkala lewat PT Dirgantara Indonesia (dulu bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara) berhasil membuat pesawat terbang yang dinamai N-250 Gatotkaca pada tahun 1995. Sayangnya, proyek pembuatan burung besi dengan berat kosong 13.660 kg itu dihentikan pada 1998 oleh International Monetary Fund (IMF) karena krisis ekonomi.

Setelah 20 tahun penghentian, industri dirgantara Indonesia kembali menggeliat. Mantan Direktur Umum PT DI yang juga mantan Presiden RI Bacharuddin Jusuf Habibie mencanangkan pembuatan pesawat terbang 'lanjutan' N-250 yang akan dinamai Regio Prop 80 (R-80). Pesawat yang telah digarap sejak 2013 itu akan diisi 80-90 kursi, ditargetkan siap beroperasi pada 2019.

Pesawat R-80, reinkarnasi N-250 yang siap terbang tahun 2019

Pesawat ini digarap oleh perusahaan perancang pesawat terbang komersil milik Habibie sendiri PT Ragio Aviasi Industri (RAI). R-80 merupakan pesawat terbang komersial yang bermesin turboprop (baling-baling). Pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan mencapai 330 knots (378 mil per jam atau 605 km per jam) dan mampu menempuh jarak hingga hampir 600 km.

Pesawati ini menerapkan teknologi fly by wire, yaitu sistem yang mampu membatasi gerak pesawat di udara melalui komputer elektronik atau flight control computer (FCC). Kelebihan lainnya adalah waktu berputar pesawat yang singkat, hemat bahan bakar, dan perawatan yang mudah.

Pesawat R-80, menurut pengamat aviasi UGM Arista Atmadja, akan cocok untuk kondisi Indonesia yang memiliki belasan ribu pulau. Apalagi, tidak perlu landasan pacu yang panjang untuk menerbangkannya. "Ia bisa landing di landasan pacu yang pendek 1.900 meter cukup lah. Penumpang kapasitas 80 juga cocok di Indonesia yang negara kepulauan dan memiliki 237 bandara," sebutnya.

Pesawat yang telah mendapat perhatian pemerintah dan disebut-sebut akan menjadi proyek nasional ini turut digarap oleh PT DI yang merupakan bagian dari BUMN. Meskipun belum berwujud namun sudah ada beberapa maskapai yang melirik, yaitu Nam Air yang memesan 100 unit, Kalstar 25 unit, dan Trigana Air 20 unit.