Brilio.net - Paperu (para perupa muda) mendapat kesempatan untuk "unjuk gigi" dalam rangkaian event FKY 27 yang bertajuk "eDan-eDanan". Dalam acara ini, mereka mengambil tema Laras Sinawang, merujuk pada sebuah ruang aktualisasi dari sebuah konsep keselarasan hidup atau harmoni. Kata sinawang diambil dari istilah dalam Jawa "sawang sinawang" yang mempunyai makna harafiah berarti saling memandang terhadap orang lain dan diri sendiri. Laras Sinawang dalam pameran ini menjadi bahan refleksi diri manusia terhadap harmonisasi perjalanan hidup yang diyakini.

Menyelami makna 'Sinawang' ala para perupa Jogja

"Serta yang jauh lebih penting dari itu adalah menawarkan peta rasa serta pengetahuan tentang zaman sekarang, yaitu pengetahuan yang jika nantinya dilihat dari kaca mata seni, akan menekankan subject matter-nya pada orang-orang biasa dalam aliran sejarah," tutur Arsita Pinandhita, Ketua Penyelenggara Pameran dalam sambutan pembukaan, Selasa (25/8). Paperu FKY27 ini berlangsung pada 25-31 Agustus 2015 di Sasana Hinggil, Alun-Alun Kidul.

Menyelami makna 'Sinawang' ala para perupa Jogja

Karya-karya yang tampil pada pameran ini adalah dari 10 seniman profesional (undangan) serta 30 seniman terpilih setelah melalui seleksi open call. Seleksi dilakukan oleh sebuah tim terdiri atas Stefan Buana, Greg Wuryanto, Eross Chandra (Sheila On 7) dan Gintani Swastika.

Menyelami makna 'Sinawang' ala para perupa Jogja

Adapun ke 30 seniman tersebut adalah Tejo Purnomo, Danni Febriana, Marten Bayuaji, Harun AK, Riboet AB, Muhamad Wildan Indra Sugara, I Ketut Mahendra, Asmara Ilham, Ahmad Kurnia (Ahmad Imung), Bagus Adi Chandra, LowpolyPaper, Eirene Ganap, Muhammad Sabiq, Chimoo (finding.apple project), Khusnul Qotimah H., Arwin Hidayat, Arya Y. Pamungkas, Arzena Ersidyandhi, Anis Kurniasih, Cahna, Taufik Noor Aditama, Adek Dimas Ajisaka, Muhammad Hasan, Ajar Ardianto, Saiful Bachri, Adha Widayansah, Rangga Anugrah Putra, Feros Alvansyah, Sukri Ghazali, dan Dedy Shofianto.

Menyelami makna 'Sinawang' ala para perupa Jogja

Pameran ini mengajak kita untuk kembali berefleksi, bisakah kita tetap saling sinawang terhadap perubahan yang terjadi di sekitar kita serta membangun harmoni kehidupan.

Menyelami makna 'Sinawang' ala para perupa Jogja