Brilio.net - Berawal dari hobi mendaki gunung, empat mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro (Undip) ini membuat pesawat tanpa awak yang bisa digunakan sebagai alat bantu tim penyelamat dalam pencarian korban hilang di hutan. Mereka adalah Hafidz Aly Hidayat, Rousyan Faikar, Aristya Panggi Wijaya, dan Aip Saripudin.

Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau kendaraan udara tanpa awak mereka buat agar proses pencarian korban hilang semakin mudah dilakukan. Pemantauan udara merupakan cara yang bisa dilakukan untuk mempercepat pencarian korban hilang karena tidak terganggu sulitnya medan di hutan.

UAV yang mereka buat ini mengandalkan kamera sebagai perekam apa yang terlihat di bawah pesawat.

"Pesawat berkamera itu dihubungkan dengan monitor, sehingga apa yang terekam kamera bisa dipantau dari layar monitor di bawah," kata Hafidz saat dihubungi brilio.net, Senin (27/4).

Menurut Hafidz, ketinggian pesawat buatannya ini bisa mencapai 1,5 kilometer. Sedangkan jarak transmisi gambarnya 900 meter. Jadi jika posisi pesawat dengan monitor pemantau lebih dari 900 meter maka gambar tidak akan terlihat dengan jelas.

Mahasiswa ini buat pesawat pencari korban hilang di gunung, brilio!

Pesawat itu juga dilengkapi dengan penentu titik koordinat dimana pesawat itu merekam apa yang ada di bawah. Jadi ketika ada indikasi titik yang terlihat menyerupai korban, bisa dilihat titik koordinatnya sehingga bisa memudahkan pencari mendatangi titik tersebut.

Dengan pesawat ini, diharapkan kerja Tim SAR dalam mencari korban hilang bisa terbantu dengan durasi yang lebih cepat. Kendala di lapangan seperti sulitnya medan dan lamanya waktu bisa teratasi dengan menggunakan alat ini.

Mahasiswa ini buat pesawat pencari korban hilang di gunung, brilio!

Sebelumnya, pesawat ini telah diujicobakan di Lapangan Wirasaba Cilacap yang memiliki lintasan terbang untuk pesawat kecil. Tapi lantaran pesawat ini masih sebatas prototype, dibutuhkan pengembangan dan penyempurnaan sebelum diujicobakan secara nyata di medan pegunungan.