Brilio.net - Di Indonesia, singkong diolah menjadi aneka produk, mulai dari keripik oleh sektor usaha kecil, hingga menjadi tepung oleh industri besar. Dari seluruh kegiatan tersebut tidak ada yang memaksimalkan kulitnya secara baik karena dianggap sebagai limbah.

Hal itulah yang mendasari adanya gagasan penelitian tentang pembuatan bioetanol, pengganti bahan bakar minyak (BBM), dari limbah kulut singkong yang dilakukan oleh Fadliannur dan teman-temannya dari Universitas Mulawarman Samarinda. "Singkong merupakan tanaman nasional dan merata di Indonesia sehingga ketersediannya tidak pernah habis," tutur Fadli kepada brilio.net, Selasa (5/5).

Fadli menuturkan, kandungan yang ada di kulit singkong sangat banyak. Salah satunya yang paling dominan yaitu karbohidrat dan kadar pati sebesar 20,06%. Kandungan karbohidrat dan pati yang tinggi inilah yang akan diambil untuk dijadikan bioetanol. Untuk mendapatkan kandungan bioetanol tersebut, limbah kulit singkong difermentasi oleh bakteri atau ragi roti, kemudian dilakukan pemisahan dengan destilasi serta dilakukan pengentalan dengan gelling agent.

Hingga saat ini, penelitian yang menjuarai Olimpiade Sains Nasional pada tahun lalu itu sudah dikembangkan untuk mencari kadar bioetanol yang paling optimal. Namun, Fadli menyayangkan penelitian itu karena belum dikembangkan penuh pihak terkait dikarenakan kurangnya aspirasi dan dukungan dari berbagai pihak. "Jadi penelitian ini hanya ditujukan untuk lomba inovasi memperoleh medali," ujarnya.

Kendati demikian, Fadli, Josua, dan kawan-kawannya ini ingin meneliti lanjutan kulit singkong sebagai sumber energi. Pasalnya, masih ada proses yang belum sempurna dalam penelitiannya.