Brilio.net - Zaman sekarang pekerjaan tak lagi pandang bulu. Apapun jenis pekerjaannya selama bisa dilakukan, pasti masyarakat mencoba untuk melakukannya asalkan hal tersebut menghasilkan uang.

Termasuk juga pekerjaan sebagai tukang ojek. Kalau dulu pekerjaan ini hanya identik dengan lelaki atau bapak-bapak, sekarang tidak jarang kita dapat melihat tukang ojek wanita, salah satunya adalah Puji.

Puji merupakan ibu berusia 35 tahun yang mengaku memulai menjadi tukang ojek sejak masih berusia 26 tahun.

“Alasan saya ngojek ya untuk tambahan uang rumah tangga. Kalau mengandalkan penghasilan suami sebagai sopir nggak cukup, jadi ya saya ikut bantu kerja,” ujar Puji kepada brilio.net.

Puji mengaku bahwa suaminya yang sehari-hari berprofesi sebagai sopir travel ini hanya mendapat gaji saat ada pelanggan saja. Jika dalam sehari suami Puji tidak mendapat panggilan otomatis hari itu keluarganya tidak mendapat pemasukan. Oleh karena itu mau tidak mau ibu dua anak ini juga harus bekerja meskipun menjadi seorang tukang ojek.

“Saya ndak pernah menyesal dengan hidup saya dan saya menikmati pekerjaan ini. Meskipun pernah waktu itu ada yang 'nawar' ojeknya beserta orangnya, tapi itu ya orang nakal saja. Tapi banyak juga yang baik, beberapa penumpang saya pernah memberi upahnya jauh lebih banyak dari penawaran awal. Misal awalnya dia nawar Rp 12.000 sekali jalan, eh pas udah sampai ngasinya Rp 100.000,” ujar wanita asal Wonosobo ini.

Hal lain yang sebenarnya menjadi pikiran Puji adalah saat keluarga dan juga para tetangganya menganggap profesi sebagai tukang ojek wanita adalah profesi yang rendah. Puji bercerita bahwa ada keluarganya yang bahkan tidak mau menemuinya karena mungkin merasa malu. Belum lagi di kalangan tetangga dia seperti berada di level yang paling rendah yang selalu disuruh-suruh setiap kali mengadakan sebuah acara.

“Yah semua kejadian itu akhirnya membuat saya semakin kuat. Tapi saya kasihan juga sama anak. Pernah waktu anak kedua saya masih duduk di kelas 1 SD, dia diejek teman-temannya karena ibunya tukang ojek. Sepulang sekolah dia nangis dan minta saya berhenti, tapi ya bagaimana lagi, untungnya dia bisa saya bujuk.”

Untuk saat ini Puji tidak lagi menjadikan profesi tukang ojek ini sebagai profesi utama. Dia saat ini juga menjadi karyawan sebuat toko alat tulis dan fotocopy kecil di dekat rumahnya.

Setiap harinya dia bekerja mulai pukul 07.00 sampai 16.00 dan dia akan kembali ngojek ketika memang ada yang menghubunginya. Saat ini dia memilih menjadi ojek panggilan karena dia tidak lagi tergabung di kelompok tukang ojek tertentu agar dia dapat mendapat penuh penghasilannya.