Brilio.net - "Pernahkah Anda berpikir bahwa ketika Anda bisa menggerakkan kaki untuk berjalan itu adalah anugerah? Persis dengan ketika bernapas.

Betapa manusia, setidaknya saya, dahulu tidak pernah memikirkan bahwa bisa menghirup oksigen lantas mengeluarkan karbondioksida itu juga sejatinya adalah anugerah yang tiada tara dari-Nya. Jalan… ya berjalan saja… bernapas saja… manusia tak pernah memikirkannya. Semuanya sudah serbaotomatis…"

Begitulah renungan sederhana tapi mendalam dari Mulyanto Utomo (55) yang ditulisnya dalam kisah hidupnya yang telah dibukukan dengan judul '2 Detik Mengubah Hidup' pasca kecelakaan yang menimpanya tujuh tahun yang lalu. Tak pernah sedikitpun terlintas dibenaknya bahwa hidupnya bisa berubah drastis.

Kejadian nahas itu terjadi tepatnya pada Jumat 4 April 2008 pukul 10.00 WIB. Saat itu mobil dinasnya sedang diparkir di depan rumahnya di Perumnas Mojosongo, Jebres, Solo. Di jalan yang menurun tersebut, dirinya lupa untuk memasang rem tangan dan juga pengganjal ban.

Mobil tersebut pun meluncur mundur di jalan turunan. Bukannya lari menghindar, lelaki yang akrab disapa Cak Mul ini justru reflek berusaha menghentikan laju mobilnya. "Iya, kecelakaan saya memang nggak elite. Istilah Jawanya 'kunduran' mobil sendiri," ujar Mulyanto sambil berkelakar kepada brilio.net, Kamis (27/8).

Kisah Mulyanto, kecelakaan membuatnya kehilangan rasa lapar & haus

Kecelakaan yang dialami Mulyanto membuatnya harus menggunakan kursi roda.

Mobil yang meluncur mundur tersebut kemudian menghantam Mulyanto hingga masuk ke dalam kolong mobil dan terseret hingga sejauh tiga meter. Saat itulah tulang belakangnya langsung patah. Patah tulang punggung yang mendera Mulyanto bukanlah hal yang sepele. Dalam istilah medis disebut dengan CMS (Cedera Modula Spinalis) atau CSJ (Spinal Cord Injury) alias cedera sum-sum tulang belakang.

"Berbeda pada patah tulang pada umumnya yang hanya sakit pada bagian yang cedera. Saat dilarikan ke rumah sakit sedikit gerakan kecil saja membuat sekujur tubuh saya terasa tercabik-cabik. Seperti ada sepotong besi panas ditusukkan dari tubuh bagian bawah sampai menembus ubun-ubun," kenang Mulyanto.

Kejadian tersebut membuat bagian organ dari pinggang ke bawah menjadi lumpuh total sehingga Mulyanto harus menggunakan kursi roda seumur hidupnya. Tidak sampai di situ saja, kecelakaan tersebut telah merusak saraf perasanya. Sehingga sejak kejadian tersebut dia tidak pernah bisa merasakan lapar, rasa ingin buang air besar maupun kecil.

"Kalau orang normal bisa merasa lapar dan kenyang saya nggak bisa. Walau begitu karena tubuh saya tetap butuh nutrisi, saya harus tetap makan walau nggak merasa lapar. Jam makan sudah diatur oleh istri saya," cerita Mulyanto.

Kisah Mulyanto, kecelakaan membuatnya kehilangan rasa lapar & haus

Mulyanto menginspirasi banyak orang melalui kisah hidupnya.

Begitu juga dengan buang air besar dan kecil. Berbeda dengan orang normal yang jika merasa ingin buang air besar atau kecil bisa langsung ke toilet, Mulyanto tidak bisa merasakan itu semua. "Jadi ya tiba-tiba keluar begitu saja. Saya bersyukur istri saya tetap setia merawat dan meladeni semua kebutuhan saya," ungkap Mulyanto.

Kegelisahannya dari sisi ekonomi pun dia tumpahkan. Maklum setelah kejadian itu dia sempat dicopot sebagai pemred koran lokal Solo. Lalu biaya operasi yang tinggi membuatnya bingung. Pelan-pelan orang di sekitarnya mulai menyemangatinya untuk tidak menyerah.

Mulyanto mulai aktif memberikan talkshow dan menyemangati sesama penderita paraplegia. Mulyanto pun bahkan dianugerahi sebagai salah satu tokoh inspiratif pada tahun 2010 yang lalu.

Dalam bukunya tersebut tak lupa dia cantumkan potongan-potongan ayat Alquran yang dia gunakan sebagai pedoman hidupnya. "Rasa senang, bahagia, sedih, dan duka terkait dengan hati. Ketika manusia telah menemukan sandaran hati yang diilhamkan Tuhan, semuanya akan lebih mudah. Tuhanlah sandaran terkuat," pungkasnya.