Brilio.net - Anjuran berbuat baik kepada orangtua sudah turun temurun disampaikan baik dalam kemasan agama, sosial, maupun budaya. Namun masih ditemui anak-anak yang belum meresapi nasihat tersebut. Bapak dan ibu adalah orang yang paling besar curahan kasih sayangnya kepada sang anak. Orangtua selalu menginginkan anak-anaknya melakukan hal yang baik.

Kisah nyata yang disampaikan Hendranto (27) berikut ini menggambarkan hubungan orangtua dan anak yang kurang baik sehingga berakhir tragis dan menyedihkan.

Pria yang bekerja di Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kota Surakarta ini menceritakan pada brilio.net melalui sambungan bebas 0-800-1-555-999 pada Minggu (13/12). Suatu subuh pada hari Minggu bulan Desember 2015 dirinya berangkat ke kantor yang berada di Jalan D.I. Panjaitan Banjarsari, Surakarta. Dirinya mengaku rela berangkat sekitar pukul 04.00 WIB pagi sebab permintaan atasannya.

Motor yang dikendarainya pelan-pelan sebab menahan dinginnya pagi harus dia hentikan sebelum sampai tempat tujuan. Di tengah perjalanan, dia melihat tiga orang terkapar di jalanan Slamet Riyadi yang masih sepi. Anto mengaku, awalnya dia tak sanggup melihat kondisi ketiga orang tersebut yang telah berlumuran darah akibat kecelakaan.



Namun karena jalanan masih begitu sepi sehingga muncullah jiwa kemanusiaannya. Anto mengisahkan, kala itu dia membayangkan bagaimana seandainya yang mengalami kejadian tersebut adalah anaknya sendiri. Maka dia beranikan untuk membantu dua orang yang tak kunjung bangun setelah dia dekati.

"Saya melihat keadaan seorang gadis berumur sekitar 15 tahun kepalanya berlumuran darah terbentur aspal. Begitu juga dengan bapak diperkirakan berumur 35 tahun mengalami hal yang sama," tuturnya.

Satu orang yang sadar lantas terbangun sambil merintih kesakitan, diperkirakan Anto merupakan pacar sekaligus orang yang telah memboncengkan gadis yang terkapar.

"Saya coba menghentikan mobil-mobil yang melaju namun satu, dua, tiga menolak. Saya mencoba memberanikan diri ke tengah jalan raya untuk memberhentikan sebuah pick up," tuturnya.

Tanpa bicara Anto langsung mengangkat gadis ke bak mobil. Setelah sempat marah dengan aksi Anto dan mengaku tidak bisa membantu, sang supir pick up akhirnya mau juga mengantarkan korban ke rumah sakit setelah disinggung Anto perihal nurani kemanusiaan. Orang-orang yang berdatangan membantu mengangkut korban lainnya. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi menjadi tujuan sang supir.

Anto tak ikut mengantar karena harus ke tempat kerja. Beruntung Anto membawa baju ganti sehingga dia bisa langsung ke kantor tanpa harus pulang dulu. Motor yang rusak parah dibawanya ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terdekat.

Sore harinya sepulang kerja sekitar pukul 17.00 WIB, Anto mengarahkan motornya ke SPBU tempat motor disimpan. Di sana dia menemui dua orang ibu bapak yang berniat membawa motor tersebut. Anto berpura-pura tak mengetahui kejadian menanyakan mengapa motor tersebut tampak rusak parah pada ibu bapak tersebut.

"Ini motor anak saya yang baru saja kecelakaan," tutur Anto menirukan perkataan lawan bicaranya. Anto lantas menanyakan bagaimana kabar anak tersebut.

"Anak saya cewek. Dia sudah meninggal karena benturan keras. Padahal semalam itu sudah melarang buat pergi tapi anak itu terus membantah untuk pergi dengan teman lelakinya," tutur dua orangtua tersebut menjelaskan.

"Dari jawaban ibu tersebut kejadian ini menjadi pelajaran penting buat saya. Banyak akibat buruk yang dialami jika tidak menurut perintah ibu. Itu juga bisa menjadi pelajaran buat orangtua agar bisa lebih mengontrol (anak-anaknya)," jelas Anto.