Brilio.net - Kamu tentunya pernah punya kenangan masa kecil dengan seorang Ayah bukan? Ya, saat kamu mungkin pernah diantar pergi pulang ke sekolah. Apapun kisahmu dengan ayah, pastilah menyimpan kenangan untukmu. Seperti kisah Muharminto (32), dia tak pernah melupakan ketika mengalami kejadian mistis bersama sang ayah.

Inilah kisah Minto sewaktu kecil bersama ayahnya. Usianya ketika itu sekitar 6-7 tahun. Ayahnya saat itu adalah pekerja di perusahaan kontraktor. Namanya juga pekerja kontraktor, cukup sering mendapat pekerjaan di luar kota. Minto kecil kerap diajak ketika ayahnya dinas ke luar kota.  Termasuk ketika ayahnya mendapat pekerjaan di Jambi.

Jarak Jambi dengan kampungnya di Desa Simawang, Rambatan, Tanah Datar, Sumatera Barat cukup jauh. Sehingga Minto dan ayahnya setiap pergi harus menginap 2-3 hari di Jambi. Pada masa itu alat transportasi belum semudah sekarang. Setiap menuju kampung halaman, mereka harus turun di pasar yang masih berjarak 4-5 km dari rumahnya. Jika pun ingin memotong jalan, maka mereka harus melewati kebun-kebun dan sawah-sawah karena desa Simawang terletak di antara bebukitan.

Suatu ketika ketika pulang dari Jambi, bus yang mereka tumpangi sampai pasar tengah malam. Sehingga tidak ada angkutan yang bisa ditumpangi lagi untuk sampai rumah mereka. Mau nggak mau mereka harus jalan kaki. Karena jarak 4-5 km terlalu jauh, maka ayah Minto memilih mengambil jalan pintas melewati sawah-sawah dan kebun-kebun.

Dalam perjalanan itu, Minto selalu diperingatkan untuk jalan ke depan dan tidak menengok ke belakang. Ayahnya sadar bahwa jalan kaki tengah malam itu cukup mengerikan, tapi ia berusaha tenang demi keamanan Minto juga. Minto teringat apa yang dirasakan begitu melewati tempat itu. "Ada hembusan angin dan suara kerikil jatuh ke batu besar itu, terus ada suara sandal jepit yang mengikuti di belakang," tutur karyawan swasta ini kepada brilio.net melalui layanan bebas pulsa story telling 0-800-1-555-999, Jumat (20/11).

Minto yang masih kecil hanya bisa menyeloteh ke ayahnya. Ayahnya berusaha mengalihkan pikiran Minto yang masih bocah ini. "Apa itu?" kenangnya.
Tetapi semakin lama semakin mengerikan perjalanan itu. Angin yang berhembus tadi semakin kencang menerpa Minto dan ayahnya. Karena sang ayah juga tidak kuasa menahan takut, ia pun menengok ke belakang. "Siapa pun itu, tolong jangan ganggu," kata Minto menirukan ucapan ayahnya ketika itu. Setelah itu keadaan menjadi normal.

Namun menjelang sampai pintu rumah, Minto menyaksikan sesuatu yang mengerikan kembali. Ia lihat seorang nenek-nenek menyeret pelepah kelapa yang kemudian menghilang di samping rumah, seperti ditelan kebun samping rumah. Kejadian itu ia tanyakan ke ibunya yang sudah menyambut kedatangan mereka di depan pintu. Namun ibunya bergegas langsung membawa masuk Minto. Ia diberi minum supaya tenang. Belakangan Minto baru tahu, jika nenek yang malam itu dia lihat ciri-cirinya persis dengan tetangganya yang meninggal tiga hari lalu.

Kenangan masa kecil ini membuat Minto yang kini sudah memiliki satu anak mengunjungi tanah kelahirannya kembali. Telah bertahun-tahun ia meninggalkan kampung itu dan membangun rumah tangga di Belitung. Begitu ia mengajak istri dan anaknya ke sana, ia melihat kampung kelahirannya itu semakin sepi. Bahkan berkeliling kampung membutuhkan waktu tidak sampai 30 menit. "Istri udah bilang serem kayak di acara Mister Tukul," pungkas Minto

Cerita ini disampaikan oleh Minto melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu.