Brilio.net - Keberadaan sanitasi yang baik memang sangat menunjang untuk kesehatan lingkungan. Seperti yang disampaikan UNICEF untuk publikasinya di awal tahun 2015, Indonesia termasuk salah satu negara yang sistem sanintasi masyarakatnya masih sangat minim. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang sanitasi yang baik menjadi kendala tersendiri.

Di tengah kondisi yang masih memprihatinkan terkait kondisi sanitasi ini, ada seorang yang memiliki kepedulian tinggi untuk memperbaiki keadaan. Di adalah Pius (41), penggagas arisan WC bagi masyarakat Dusun Ladak. Arisan WC merupakan salah satu inovasi yang dilakukan Pius untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap sanitasi yang sehat.

"Sejak menjabat sebagai Kepala Dusun (Kadus) 2009-2014, saya mendapatkan tantangan dari bidan desa untuk mengatasi angka diare yang tinggi di dusun saya, saya kemudian termotivasi tergerak untuk akhirnya membuat system arisan WC," cerita Pius kepada brilio.net Selasa, (16/6).

Hampir semua warga di daerah tersebut berprofesi sebagai penoreh karet. Harga karet per kilogramnya adalah Rp 6.000. Setiap harinya setiap masyarakat dapat menghasilkan 5-7 kg, dengan demikian penghasilan masyarakat masih tergolong rendah apabila dibebani untuk membuat sanitasi atau WC yang bagus.

Hampir sama dengan sistem arisan pada umumnya yang mengumpulkan uang anggota dan ada waktu uang tersebut diterima secara berkala oleh anggota lainnya. Bedanya, jika arisan pada umumnya diterima dalam bentuk uang, maka arisan WC ini diterima dalam bentuk bahan material pembuatan WC.

Jalan Pius mengajak masyarakat untuk hidup sehat tidaklah mudah, dia sering mengalami ada anggota arisan yang kurang mampu sehingga tidak bisa membayar. Untuk kondisi seperti ini, dia tidak dapat memaksakan. Ada juga anggota arisan yang tidak mau diajak untuk kerja dikarenakan sibuk dengan kegiatan yang lainnya. Namun, itu tidak membuat Pius menyerah, dia terus terdorong untuk melakukan yang terbaik yang bisa dia upayakan.

"Masyarakat senang bisa membuat WC dengan model arisan WC. Bagi masyarakat model arisan WC ini tidak membebani mereka dan juga dibuat kelompok kerja sehingga merasa ringan," jelas Pius.

Arisan WC biasanya dilaksanakan sekali dalam seminggu. Setiap kepala keluarga akan membayar iuran sebesar Rp 50.000. Hingga hari ini sudah terdapat tiga kelompok kerja yang ikut dalam arisan WC tersebut. Setiap kelompok terdiri dari 20 kepala keluarga. Pengerjaan WC dilakukan pada hari Rabu, Kamis dan Sabtu. Setiap minggunya, warga dapat menyelesaikan pembuatan dua buah WC.

Sistem arisan WC ini dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Sebelum adanya arisan WC tersebut, kondisi Dusun Ladak cukup memperihatikan, banyak anak yang mengalami diare dan types. Namun, setelah arisan WC tersebut terealisasi, kondisi lingkungan Pius semakin bersih.

"Semua masyarakat di Desa Meragun bahkan sampai Kecamatan Nanga Taman bisa ikut serta dalam arisan WC. Karena kesehatan penting untuk semua orang, kami saja yang di pedalaman bisa," harap Pius.

BACA JUGA:

Kakek ini hidup sebatang kara, setiap hari berkostum Winny the Pooh

Mbah Misari, dulu pejuang kemerdekaan, kini jualan sangkar burung

Nasib Mbah Dul, karena buta aksara harus kehilangan kios, tragis!

Imbalan tak seberapa, Mbah Hadi tetap senang menjadi penenun stagen

VIDEO: Kecantikan bukan dari fisik saja

Tak bisa melihat sejak lahir, wanita ini maknai kecantikannya, bikin haru!

Susu kedelai simpan khasiat untuk kecantikan kulit

8 Standar unik kecantikan wanita di dunia