Brilio.net - Kematian merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh semua mahluk hidup. Tapi sebenarnya apa itu kematian? Apakah kematian hanya sebuah pemberhentian dari sebuah awal maupun akhir? Apakah kematian hanyalah saat di mana seseorang tidak dapat tertolong oleh medis? Dan apakah kematian dapat dibandingkan dengan yang namanya kehidupan?

Baik kematian maupun kematian merupakan hal yang tidak dapat dijelaskan oleh science maupun filosofi. Penjelasan terbaik dari kematian mungkin hanya bisa diberikan oleh orang yang sempat mengalaminya. Dilansir dari independent.co.uk (25/2), ada seseorang yang pernah dua kali mengalami kematian dan ingin membagikan pengalamannya tersebut.

Saya tidak tahu apa-apa pada saat itu. Yang saya rasakan hanya berada dalam sebuah tempat yang gelap, sunyi, tidak ada apapun, tidak ada siapapun, hanya kosong. Rasanya seperti kamu sedang tidur dalam waktu yang lama, padahal hanya 15 menit.

Pria itu juga mengaku bahwa awalnya dia mengira dia sedang tidur siang. Tapi dokternya mengatakan bahwa dia baru saja meninggal selama beberapa menit. Saat itulah dia baru sadar bahwa sebelumnya dia bukan sekadar tidur siang.

Pria tersebut sudah merasakan kematian sebanyak dua kali, yang pertama saat dia mengalami kecelakaan, yang kedua saat dia mengalami overdosis setelah mengkonsumsi obat peredam rasa sakit. Sebelum dia meninggal, dia dapat merasakan yang namanya rasa sakit, tapi setelah itu dia tidak bisa merasakan apapun. Hanya kosong, sebelum akhirnya terbangun lagi.

Orang lain yang juga pernah merasakan hal yang sama menyatakan bahwa sebenarnya saat itu pikiran masih dapat berfungsi dengan baik dan yang dialami hanya layaknya sebuah mimpi. Mimpi yang sangat singkat. Pengalaman tersebut membuat pria ini berasumsi bahwa kematian sebenarnya tidak lebih buruk dari tidur lelap. Kematian itu hanya sebuah situasi di mana tidak lagi hidup di dunia. Itu saja!

Pria itu juga menambahkan bahwa sebelum mengalami kematian, kita harus sebisa bersenang-senang dalam hidup. Tidak hanya menyenangkan diri sendiri, tapi juga orang-orang di sekitar. Agar saat mati, kita bisa meninggalkan jejak positif untuk semua orang.