Brilio.net - Sungguh membanggakan prestasi yang diperoleh Restanti Waruwu(17). Tak hanya bagi dirinya, kebanggaan itu juga patut dirasakan oleh bangsa Indonesia. Kisahnya juga pasti bisa menginspirasi kita untuk memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat.

Saat anak-anak seusianya sibuk dengan perkembangan gadget, Restanti memilih untuk aktif dalam membantu masyarakat. Dia bergabung dalam Forum Anak Nias (FORANI). Di FORANI, Restanti belajar banyak hal terkait permasalahan yang dihadapi di lingkungannya, di Desa Banua Sibohou, Nias.

Gadis belia ini majukan gizi warga Nias, jadi duta Indonesia di Eropa

Ketahanan pangan menjadi isu utama di Nias, melihat bahwa di Nias masih banyak lahan kosong yang tidak dimanfaatkan dengan baik, sedangkan anak-anak Nias juga banyak yang mengalami kekurangan gizi. Pemahaman masyarakat tentang makanan yang bergizi tentunya masih sangat terbatas. Hal ini akan berdampak pada kondisi terganggunya anak yang sedang tumbuh kembang.

Belum lagi program pemerintah memang sulit dijangkau bagi masyarakat yang tinggal di perdesaan yang aksesnya cukup jauh dari ibu kota. "Saya prihatin melihat kasus kematian karena kekurangan gizi, sedangkan di Nias sendiri banyak lahan yang belum dimanfaatan untuk menanam tanaman," ujar Restanti kepada brilio.net, Senin (11/5).

Berdasarkan permasalahan nyata di lingkungan sekitarnya, Restanti bersama FORANI dan dibantu oleh Wahana Visi Indonesia membuat sebuah kegiatan nyata yang mereka beri nama "Kebun Gizi". Kebun gizi merupakan lahan yang dibuka oleh Restanti dan rekannya untuk ditanami tanaman yang memiliki kandungan gizi yang baik. Tidak hanya itu, mereka juga memberikan pemahaman kepada masyarakat perihal makanan bergizi yang baik untuk anak.

Dalam menjalankan niatan baik untuk sesama ini, perempuan yang juga menjabat sebagai ketua OSIS ini menemui berbagai kendala dari masyarakat. Pada awalnya masyarakat menganggap bahwa kebun gizi ini bukanlah sesuatu yang penting dan manfaatnya tidak begitu besar, bahkan mereka sempat diusir dan dianggap mengganggu. "Tantangan awalnya adalah masyarakat yang belum begitu percaya dengan kami, melihat kami hanyalah remaja yang suaranya masih belum begitu didengar," lanjut Restanti.

Meskipun demikian, mereka tidak menyerah begitu saja. Mereka memperlihatkan kepada masyarakat bahwa mereka benar-benar bersungguh-sungguh mengenai manfaat dari kebun gizi tersebut. Lambat laun setelah melihat hasil dari kebun gizi tersebut, masyarakat secara berlahan mempercayai mereka. Di Nias saat ini, kegiatan membuka kebun gizi semakin bertambah, hal itu berarti upaya anak-anak muda ini mendapatkan manfaat positif. Bahkan kebun gizi kini beberapa sudah berada di halaman rumah warga.

Tindakan Restanti dan rekannya yang awalnya terlihat sederhana ternyata memberikan pengaruh yang luar biasa. Bahwa anak muda juga mampu mengambil peranan yang bermanfaat bagi lingkungan. Restanti sendiri tidak berhenti sampai disitu, dia masih terus mencoba untuk mengembangkan potensi yang ada di Nias. Keterbatasan tidak membuat mereka terbatas untuk lebih peduli lagi.

Berkat kerja kerasnya, Restanti kemuian didaulat sebagai duta anak dari Nias yang mewakili Indonesia di forum European Development Days di Belgia. "Harapannya anak-anak Indonesia terbebas dari kekurangan gizi, dapat merangkul semua kalangan untuk lebih peduli serta fasilitias di Nias yang cukup terbatas mulai ada perbaikan lebih baik lagi," harap Restanti.