Brilio.net - Limbah tahu biasanya menimbulkan bau busuk yang menyengat. Selain itu, minimnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan membuat pembuangan limbah tahu seringkali dilakukan secara sembarangan. Alhasil, pencemaran sungai dan lingkungan pun tidak dapat terhindarkan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, tiga mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang terdiri dari Mariana Ramelan, Rizal Burhanudin, dan Muhammad Wahyu Arif merancang sebuah teknologi dan instalasi yang dituangkan dalam karya tulis ilmiah. Dengan mengusung teknologi MFC (Microbial Fuell Cell), limbah tahu ternyata dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik.

Secara teknis, limbah tahu yang dibuang akan dialirkan ke dalam bejana MFC. Di dalam bejana tersebut, limbah tahu kemudian difermentasi dan diambil elektronnya menuju tabung Anoda. Dari tabung Anoda, elektron akan disalurkan ke jembatan garam untuk diambil daya listriknya.

Dari proses pengolahan itu, listrik yang dihasilkan nantinya akan disalurkan ke rumah-rumah warga dan rumah produksi tahu sebagai energi alternatif pengganti listrik yang disuplai PLN. "Untuk sekarang karena masih dalam tahap uji coba, jadi baru diterapkan pada satu rumah produksi," ujar Rizal saat dihubungi brilio.net, Senin (25/5).

Rizal dan tim berharap daya listrik yang dihasilkan dapat sepenuhnya menggantikan energi listrik pada umumnya. Untuk sementara ini, teknologi MFC tersebut diterapkan pada rumah produksi tahu di daerah Bantul, Yogyakarta.

Karya tulis mahasiswa UNY itu berhasil menyabet juara II Lomba Karya Tulis Nasional (LKTIN) Indonesian Energy Innovation Challenge (IEIC). Kompetisi tersebut diadakan di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (UNHAS), Makassar pada 2830 April 2015 silam.