Brilio.net - Jika membicarakan proses pembuatan batik, maka yang ada di benakmu pasti ada canting dam malam. Ya, canting dan malam memang menjadi salah atu alat utama dalam membatik. Tapi ternyata ada lho batik yang dibuatnya bukan menggunakan canting tapi tali rafia, yakni batik jumput.

Batik jumput termasuk unik karena motif yang ada tidak terbentuk seperti batik secara umum, tetapi malah terbentuk dari proses menjumput serta menjelujur dengan media rafia dan benang.

Salah satu daerah yang terkenal dengan batik jumput adalah Kampung Wisata Tahunan, Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Di kampung ini, batik jumput diproduksi oleh 27 ibu rumah tangga yang menamakan dirinya sebagai Kelompok Jumputan Ibu Sejahtera.

Marina (50), Ketua Kelompok Jumputan Ibu Sejahtera mengungkapkan, jika kelompok Jumputan Ibu Sejahtera ini terbentuk pada 2011. sebelumnya kelompok ini merupakan kelompok simpan pinjam ibu rumah tangga dengan nama Ibu Sejahtera. Ide untuk bisa menambah penghasilan pun muncul di benak mereka hingga tercetuslah batik jumputan untuk mereka kembangkan.

"Dipilihnya jumputan karena memang ibu-ibu di sini saat masih kecil sudah pernah belajar batik jumput, tapi tak pernah digunakan saja," terang Marina ketika ditemui di kediamannya, Rabu (2/9).

Di tangan ibu-ibu rumah tangga, batik jumput tetap lestari

Hasil karya batik jumput.

Ide tersebut kemudian direalisasikan dengan pemberian pelatihan kepada 15 anggota kelompok Ibu Sejahtera yang bekerjasama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Yogyakarta.

Nana, panggilan akrab Marina, menjelaskan jika setiap hari Sabtu akan ada pertemuan para anggota Kelompok Jumputan Ibu Sejahtera. Pada saat itu mereka akan membawa kain batik yang sudah jadi dan sudah disetrika untuk diserahkan kepada pengurus.

Hari itu juga mereka akan pulang dengan membawa kain putih polos yang telah disediakan oleh pengurus untuk dijumput. Batik yang telah dijual kemudian dipasarkan oleh pengurus dan dipajang di 2 showroom yang ada di Jalan Soga Yogyakarta.

"Setiap kain yang terjual dipotong untuk kas dan infak 2,5 %. Sisanya menjadi hak anggota pembuat batik tersebut yang akan dibagikan pada tanggal 7 tiap bulannya," jelas Nana.

Yang menarik, meskipun pengerjaan batik dari pembuatan pola hingga pewarnaan dilakukan di rumah para ibu masing-masing, tapi limbah dari pewarnaan tersebut akan dikumpulkan dan diolah sebelum akhirnya dibuang. Hal itu dilakukan agar limbah tersebut tidak mencemari lingkungan.

Di tangan ibu-ibu rumah tangga, batik jumput tetap lestari

Kain batik jumput.

Inovasi produk juga telah diterapkan oleh Kelompok Jumputan Ibu Sejahtera. Tak hanya kain batik jumput yang dibuat di sini, tapi produk jadi seperti kaus, kemeja, mukena, pasmina, jilbab, hingga tutup gelas juga ada.

Di tangan ibu-ibu rumah tangga, batik jumput tetap lestari

Inovasi produk batik jumput.

"Masih jarangnya produk jadi seperti mukena, pasmina, dan jilbab yang bermotif batik jumput menjadi daya tarik tersendiri," aku ibu yang baru diangkat menjadi ketua Desember 2014 lali ini.

Nah, berminat melirik produk batik jumput dari tali rafia ini?