Brilio.net - Batik telah menjadi kain tradisional khas Indonesia yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco. Meski batik telah menjadi kain tradisional Indonesia yang paling populer, namun tidak semua orang dapat membatik dengan baik. Membatik membutuhkan keahlian khusus sebab membatik tidak sekadar menggambar di atas kain, melainkan melewati berbagai tahap tertentu.

Lalu apakah membatik hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa? Jawabannya tidak, sebab anak-anak yang ada di Desa Giriloyo bahkan mampu membatik dengan sangat baik di usia yang tergolong masih muda yaitu 6 tahun. Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Giriloyo memang terkenal sebagai kampung seni batik yang terkenal di Yogyakarta. Desa Giriloyo yang terletak di Imogiri, Bantul, Yogyakarta, terkenal sebagai pusat kerajinan batik tulis terbaik yang ada di Yogyakarta. Jika berkunjung ke desa wisata tersebut maka jangan heran apabila menyaksikan anak-anak menghabiskan waktu luangnya dengan membatik. Membatik sudah menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi mereka. Mereka bahkan berlomba-lomba untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang batik, mulai dari pola batik hingga pada teknik membatik.

"Sering liat ibu membatik jadinya ikut belajar supaya besok-besok juga bisa ikut membantik dan bikin kain panjang kayak Ibu," cerita Sita (6) kepada brilio.net, Jumat (21/8).

Lahir dan besar di lingkungan perajin batik memang membuat anak-anak ini tidak lagi asing dengan keberadaan batik dan berbagai tahapan dalam membuat batik. Seperti halnya karya seni lainnya yang butuh waktu untuk mempelajarinya, hal itu jugalah yang diperoleh anak-anak ini dari orangtuanya.

Masyarakat Giriloyo sadar bahwa batik merupakan kekayaan negeri yang harus dilestarikan, sehingga mereka senantiasa menurunkan kemampuan membatik kepada generasi muda khususnya kepada anak-anak mereka. Jadi bukan hal baru lagi di Giriloyo jika menjumpai anak-anak dengan lincahnya menggambar dengan canting dan malam. Bahkan tak jarang dari anak-anak di desa tersebut berhasil menyelesaikan batik yang lalu dijual.

Hampir sama dengan Sita, Fika yang baru saja masuk Sekolah Dasar (SD) juga merasa senang menekuni seni membatik, "Ibu bilang kalau bukan kita yang lestariin batik siapa lagi? Saya senang membatik, bikin karya yang bisa digunakan orang," jawab Sita saat ditanya alasan mengapa membatik di usianya yang masih begitu muda.

Melihat anak-anak ini pandai membatik di usia muda menjadi kabar positif bagi keberlangsungan seni membatik di Indonesia. Sebab di masa yang akan datang Indonesia masih memiliki generasi yang mampu melestarikan budaya leluhur.