Brilio.net - Kesadaran untuk membaca buku bagi masyarakat Indonesia harus diakui sangat kurang. Hal inilah yang membuat 3 mahasiswa Universitas Bengkulu (Unib), Siami Khadijah Maysaroh, Lidya Agustin, dan Retno Wahyuningtyas berinisiatif membuat gerakan Senin Membaca di lingkungan kampusnya.

Mereka membawa buku-buku mereka di kos ke kampus untuk di tawarkan kepada mahasiswa Unib. Buku yang mereka bawa digelar di atas tikar di Taman Kupu-kupu sekitaran Dekanat FISIP Unib.

Siami Khadijah Maysaroh menjelaskan bahwa pertama kali buka hanya ada sekitar 7 orang yang datang. Itupun tidak untuk membaca. Ada yang hanya lihat-lihat, ada pula yang malah mau pesan buku gara-gara kita dikira jualan," kata Siami ketika dihubungi brilio.net, beberapa waktu lalu.

Meski sudah dipersiapkan, ide mereka ini berjalan bukan tanpa kendala. Pertama buka lapak, satpam setempat menghampiri mereka menanyakan tentang aktivitas yang mereka lakukan itu. Mereka akhirnya menjelaskan bahwa apa yang mereka lakukan itu bukan berjualan buku di kampus.

"Sebelum buka lapak kita sebenarnya sudah ketakutan kalau nantinya diusir. Tapi Alhamdulillah setelah diberi pengertian hal yang kita takutkan nggak terjadi," ujarnya.

Alasan memilih hari Senin, Siami menjelaskan bahwa hari Senin yang merupakan waktu dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Setidaknya momen ini dapat menarik perhatian pejalan kaki dan kendaraan yang melewati Taman Kupu-kupu untuk dapat mampir ke lapak.

Mereka juga ingin mengubah mindset kebanyakan orang yang menganggap hari Senin adalah hari sibuk yang jauh dari kesan santai. "Dengan membaca kita ingin membuktikan bahwa hari Senin meskipun hari awal beraktivitas tetap bisa dijalani dengan santai dan tenang," kata dia.

Setahun berjalan, komunitas ini pun saat ini sudah mulai berkembang dengan mempunyai buku inventaris sebanya 200 buku dan 15 relawan. Aktivitas mereka pun sudah banyak diketahui masyarakat Bengkulu lewat liputan TV dan siaran radio lokal.