Brilio.net - Bisnis online shop saat ini sudah menjamur. Minat masyarakat berbelanja online yang tinggi seiring dengan makin banyaknya orang menekuni bisnis tersebut. Siapa saja boleh ambil bagian, dari orang tua sampai anak muda.

Salah satunya adalah Farihatul Qamariyah (23). Lewat brand QoQo A House of Etnic, dia menawarkan produk dengan produk etnik berbagai daerah di Indonesia.

Ifa, panggilan akrab Farihatul Qamariyah, mengungkapkan jika sebelum mempunyai brand seperti saat ini, ia juga menjalankan bisnis online dengan cara reseller dan dropship seperti para pemula bisnis online shop.

Perempuan kelahiran 26 Agustus 1992 ini mengungkapkan jika ia memulai belajar berbisnis online sejak semester 2 di Jurusan Sastra Inggris Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat kakaknya mendapatkan uang Rp 800 ribu dari hasil menggadaikan cincin, ia pinjam uang itu separuhnya untuk memulai usaha berjualan rok bersama temannya. Tapi saat itu usaha tak berjalan mulus. Usaha tersebut berhenti dengan menyisakan beberapa rok sebagai keuntungannya.

Setelah itu dia fokus di beberapa komunitas di kampus. Bermodal kelincahan berbicara, dia dipercaya menjadi fundriser komunitas. Pengalaman berkecimpung di komunitas dia gunakan sebagai modal berjualan online dengan cara reseller dan dropship.

"Waktu itu saya jadi reseller dan dropship dari Bandung. Segala macam barang pernah saya coba, mulai dari handphone, tas, baju, sepatu, hingga batik bola yang saat itu booming," terang gadis asli Mempawah Pontianak ini kepada brilio.net, Selasa (1/9).

Saat itu Ifa mengaku online shop yang dia promosikan lewat Instagram belum begitu ramai. Satu minggu hanya 3 hingga 5 orderan. Usaha online shopnya pun terpaksa berhenti karena ia harus melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Gunungkidul.

Saat mengikuti KKN, Ifa mengambil bagian program enterpreneur. Ia berdayakan warga dengan cara memberi pelatihan membuat bros dan berbagai karya dari sampah kemasan yang tak terpakai. Saat itu Ifa gunakan uang beasiswanya sekitar Rp 2 juta untuk membiayai program. Produk warga kemudian dia pasarkan dan hasilnya dibagi dua dengan warga.

Selesai KKN, niat untuk berjualan online muncul lagi. Ia coba berjualan tas dan handycraft yang diambil dari berbagai daerah di Jogja. Ternyata usahanya itu berjalan baik hingga bisa terkumpul uang Rp 12,5 juta. Ia gunakan uang itu untuk field trip ke Singapura bersama komunitas lingkungan Garuda Youth Community Yogyakarta. Sisanya ia gunakan untuk membangun usaha baru dengan brandnya sendiri.

"Saya kemudian mempertahankan ciri khas etnik yang sudah ada dan membuat brand QoQo," tutur perempuan berhijab yang kini sedang menempuh pendidikan S-2 Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Usaha online shopnya pun cukup berkembang baik. Kekhasan produk yang mengangkat etnik daerah menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa etnik daerah tersebut antara lain etnik Borneo, Toraja, Bali, Lombok, dan lain sebagainya.

Produk yang ia jual pun bervariasi, mulai dari tas, dompet, scarf, sepatu, bantal leher, tempat paspor, hingga baju dan rok. Tak hanya mendapat orderan dari dalam negeri, ia pun sudah beberapa kali mendapat orderan dari luar negeri.

Dibantu 7 karyawan yang kebanyakan merupakan teman dan saudaranya, tiap bulan Ifa bisa mendapatkan omzet antara Rp 30 juta-Rp 50 juta. Lewat bisnis online tersebut, ia sudah tak mengandalkan kiriman dari orangtuanya. Bahkan ia juga bisa memberikan uang saku kepada dua adiknya yang kini sedang kuliah di Jogja.