Brilio.net - Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya tentu sudah sangat akrab dengan Gunung Merapi, gunung setinggi 2.968 mdpl yang sebagiannya terletak di Jawa Tengah. Letusan besarnya terakhir kali pada November 2010 lalu dan masih menyisakan berton-ton pasir. Oleh sebagian masyarakat, pasir Merapi ini dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.

Ada juga memanfaatkan pasir Merapi sebagai bahan bahan pembuatan loster, paving, maupung batako. Salah satu perajin itu adalah Jianto.

Berkualitasnya pasir Merapi, dijadikan bahan bangunan yang hemat semen

Pria asal Kediri ini memiliki usaha pembuatan kelengkapan bangunan dari beton yang diproduksi di area rumahnya sendiri di Sidoarum, Godean, Yogyakarta, yang merupakan salah satu sentra pembuatan loster. Hingga kini, usaha bernama UD Andika yang memanfaatkan pasir merapi ini memproduksi aneka motif loster, profil beton, alur dinding, pagar, paving/con block, cagak cor, serta batako.

"Saya mulai ini dari 2005. Memang pasir merapi hebohnya setelah letusan 2010 tapi sebenarnya sebelum itu sudah ada," aku bapak 3 anak ini, Kamis (21/5).

Berkualitasnya pasir Merapi, dijadikan bahan bangunan yang hemat semen

"Pasir merapi ini kelebihannya seperti ada unsur perekatnya, jadi lebih mudah menyatu dengan semen. Selain itu, untuk menghaluskan permukaan juga bagus tanpa harus menghabiskan banyak semen. Nah ini berarti bisa menghemat semen." Berkah dari pasir merapi inilah yang menghidupi keluarga Jianto serta beberapa karyawannya sejak 2005.

Berkualitasnya pasir Merapi, dijadikan bahan bangunan yang hemat semen

Kandungan mineral Silikat (SiO2) dan Besi (FeO) pada pasir merapi masih terjaga sebab mengalir bersama mutahan lava pijar Gunung Merapi, bukan bersama air seperti pasir lain. Selain itu, kadar lumpurnya pun rendah yaitu kurang dari 2%. Hal ini mengacu pada penjelasan di laman Pasir Merapi.