Brilio.net - Benda yang berfungsi membersihkan kotoran dan debu pada lantai ini telah digunakan oleh masyarakat sejak berabad lalu. Keberadaan sapu tak terlepas dari budaya serta mitologi masyarakat lampau.

Dikutip pada Selasa (4/8) dari buku Asal-usul Benda-benda di Sekitar Kita Tempo Doeloe yang ditulis Zaenuddin HM, awal mulanya sapu dibuat dari ranting-ranting pohon birch yang disatukan dengan gagang dari batang pohon ash, hazel, atau chesnut. Penggunaannya adalah untuk membersihkan gua, ruangan, serta kastil, dan belum efektif untuk membersihkan lantai. Benda ini dulunya dinamai besom.

Sejarah yang tercatat adalah yang diceritakan oleh Guillaume Edelin tentang seorang penyihir yang menaiki sapu terbang pada tahun 1453. Jauh setelah itu, pada 1797, seorang petani asal Massachussets Levi Dickenson menciptakan sapi berbahan padi sorghum vulgere yang dipersembahkannya untuk sang istri.

Pada 1820-an, suatu ordo keagamaan bernama Shaker di Manchester, Inggris, membuat sapu berbahan lembut yaitu dari rambut jagung yang dikeringkan. Konon, inilah muasal sapu sintetis yang banyak dipoduksi sekarang ini.

Benda ini juga dimanfaatkan untuk berbagai bentuk oleh masyarakat di beberapa belahan bumi di dunia. Masyarakat Metis di Kanada punya kesenian tari sapu. Biarawan dan biarawati dari kepercayaan Jainisme memiliki sapu kecil untuk mengamankan hewan-hewan kecil secara lembut agar tidak tersakiti, yang mana merupakan ajaran antikekerasan yang diajarkan pada mereka.

Ada pula penggunaan sapu oleh para suporter sebagai simbol ejekan terhadap tim tamu dalam pertandingan bisbol, ketika tim kebanggan mereka hanya menang berturut-turut dan hanya menyisakan satu pertandingan.