Brilio.net - Mendengar kata wayang, kamu akan tidak terlalu tertarik karena membayangkan kesan wayang yang kuno, tradisional dan identik dengan orang tua. Wayang yang seringkali kamu kira juga bakal susah untuk menghasilkan uang, tapi tidak bagi Sutanti yang menepis semua pandangan negatif. Hasil karyanya bahkan hingga menembus mancanegara. Lalu kreasi seni wayang apakah yang dihasilkan Sutanti?

Jawabannya adalah wayang sulam. Membuat gambar wayang hiasan dengan cara disulam bukan pekerjaan mudah, bahkan terbilang rumit. Sebab perlu ketelitian tersendiri sehingga hasilnya tetap sesuai pakem. Namun hal ini bisa dilakukan olehnya sehingga menghasilkan karya yang begitu diminati orang asing.

Baru 2 tahun tekuni wayang sulam, karya Sutanti sudah lintas benua

Baru 2 tahun tekuni wayang sulam, karya Sutanti sudah lintas benua

Sebenarnya sudah lama Sutanti menekuni dunia sulam menyulam, namun baru dua tahun terakhir ini dirinya konsentransi dalam pembuatan sulam wayang. Menurut wanita asli Jogja ini, selain untuk melestarikan kebudayaan, wayang sulam ini juga merupakan ladang bisnis menjanjikan karena jarang orang menggelutinya.

"Membuat kreasi ini memang sangat berbeda dengan menyulam biasa, karena karakter wayang itu sangat rumit dan harus detail. Untuk membuatnya juga butuh waktu lama. Satu gambar wayang pengerjaannya bisa sampai tiga bulan. Untuk membuat gambar tangannya saja bisa sampai sehari," ujar wanita yang juga anggota Paguyuban Pencinta Sulam Jogja ini kepada brilio.net, Rabu (16/9).

Baru 2 tahun tekuni wayang sulam, karya Sutanti sudah lintas benua

Sutanti mengatakan, sulam wayang merupakan salah satu karya seni asli dari Kota Yogyakarta yang kini tak lagi banyak yang mengetahui dan menggelutinya. Dia memulai sesegera mungkin mempelajari teknik dan semua motif wayang dari sang guru yang sudah lanjut usia.

Sembari menunjukkan hasil karya sulamnya, Sutanti bercerita, bukan sembarang sulam karena hasil karya sulam yang dia tunjukkan tampilannya begitu rapat, padat, dan bermotif indah. Ada motif Arjuna, Bima, dan tokoh pewayangan lainnya.

"Dalam dua tahun ini saya baru bisa membuat 16 karya saja, 10 di antaranya sudah terjual di beberapa negara seperti Jerman, Prancis dan AS. Awalnya karena saya sering ikut pameran bersama dinas pariwisata, jadi dari situ karya saya mulai dikenal orang asing," lanjutnya.

Wayang tersebut biasanya dia sulam dalam kain gorden yang kemudian dibingkai dengan pigura dan dijual sebagai hiasan dinding. Untuk harganya dia membuka mulai dari Rp 10 juta hingga Rp 15 juta, tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya. Perbedaan lainnya adalah benang, benang yang digunakan oleh Sutanti adalah benang suji dengan kualitas paling bagus. "Kalau pakai kualitas jelek nanti akan cepat luntur dan tidak tahan lama," pungkasnya.

Tuh guys, kalau kita melihat sesuatu hal dengan kreatif maka akan selalu ada peluang menjanjikan di dalamnya!