Brilio.net - Masih ingat dengan foto fenomenal milik Afdal Firdaus (23) yang berjalan di atas seutas tali yang membentang antara dua tebing yang diunggah di akun Instagramnya? Dibalik kehebatan nyalinya tersebut ternyata ada cerita tersendiri lho.

Kepada brilio.net, Senin (30/11) Afdal bercerita, dirinya sudah mencintai olahraga panjat tebing sejak 18 tahun yang lalu. Wow, berarti Afdal mulai tertarik sejak usia 5 tahun. Ketertarikan tersebut diawali dari kegemarannya melihat tentara yang sedang latihan turun tebing (rapeling) di kawasan karst Citatah, Bandung Barat yang cukup dekat dengan rumahnya.

Sejak itulah Afdal mulai belajar panjat tebing di tempat latihan khusus anak-anak. Pada tahun 2008 dia pun sempat mengikuti Sekolah Panjat Tebing SEACF (South East Asia Climbing Federation) level satu dan dua. Dirinya juga sering menjuarai kompetisi panjat tebing tingkat nasional. Pernah mengikuti berbagai ekspedisi bersama tim TNI dan juga dalam acara Jejak Petualang.

"Kalau untuk berjalan di atas tali, itu sebenarnya hanya untuk melatih keseimbangan dalam memanjat tebing. Awal belajar hanya berada satu meter di atas tanah. Tapi lama kelamaan tapi karena perkembangan zaman olahraga ini semkin populer dan banyak trik untuk dicoba nah dari situ saya mulai tertantang untuk melakukan aktivitas ini dan bertahap saya mulai ke tempat tempat yang tinggi," cerita pria asli Bandung ini.

Latihan yang keras tentu tidak dialaminya dengan mulus-mulus saja. Hampir di setiap latihan dirinya pasti ada saja yang terluka akibat gesekan tali. "Saya juga pernah tergelincir, keseleo, terjatuh karena kurang fokus juga bahkan dislokasi sekalipun," lanjutnya.

Saat ini keseharian Afdal diisi dengan melatih panjat tebing untuk para pemula. Afdal pun menyampaikan betapa mirisnya dia melihat banyak kasus kematian yang terjadi akibat selfie di tempat ekstrem.

Di sisi lain, Afdal juga menyarankan untuk para pemula lebih baik langsung belajar bersama yang sudah profesional sekalian, cari informasi dari sumber yang jelas, sekarang banyak sekolah-sekolah yang mengeluarkan sertifikat tentang aktivitas ini.

"Karena menurut saya kalau misalkan hanya belajar bukan ditempatnya malah jadi risiko yang sangat besar juga. Apalagi kalau tujuan mereka hanya 'numpang foto' tetapi bukan pecinta alam sejati," pungkasnya.