Brilio.net - Ngomongin kehidupan mahasiswa memang nggak ada habisnya, mulai dari ospek hingga jadi sarjana selalu saja ada cerita menarik di dalamnya. Hmm, ngerjain skripsi? Jelas selalu diwarnai dengan hal-hal menarik dong ya! Perjuangan yang harus dilewati mahasiswa mulai dari ngumpulin bahan skripsi sampai revisi-revisi yang melelahkan bisa menjadi cerita sendiri.

Lalu gimana dong, dengan para pejuang skripsi yang ternyata pas dapat dosen pembimbing killer? Gimana perasaannya? Aduh, rasanya pengen teriak 'Kawinin aja aku maaaaak!'

Berikut ini pengalaman salah satu mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta, Via, kepada brilio.net yang bernasib sedang menamatkan skripsi dengan dosen pembimbing killer. Simak penuturannya ya guys!

1. Bimbingan Rabu, deg-degannya udah dari Senin

Biasanya dosen-dosen killer ini pasti disiplin, mereka pasti sudah punya jadwal bimbingan sendiri entah itu seminggu dua kali atau tiga kali. Biasanya para pejuang skripsi ini bakal nyiapin persenjataan revisian dengan lengkap. Bukan apa-apa, mereka takut nggak bisa jawab pas bimbingan!

"Aku pernah bimbingan sama dosenku dikerjain suruh gambar Selat Malaka, gara-gara dataku belum lengkap," ujar Via salah satu mahasiswa jurusan Hubungan Internasional ini.

2. Kena nyinyir pas bimbingan? Udah kebal!

Entah kenapa dosen-dosen killer ini doyan banget nyinyir, mungkin maksudnya untuk mengasah mental para pejuang skripsi kali ya? Lontaran kalimat-kalimat pedas nan nyinyir udah jadi makanan sehari-hari mereka.

"Kamu itu mahasiswa HI apa Sastra Jawa?" begitulah kata dosen Via ketika menyuruhnya membaca suatu paragraf dalam Bahasa Inggris. Duh, sabar ya kak!

3. LDR alias Lelah Disiksa Revisi

Beda dengan teman-teman kamu yang mudah banget dapet tanda tangan ACC, kamu harus melewati revisi belasan kali hanya untuk BAB I! Dosen killer memang biasanya akan meminta kamu mengerjakan skripsi dengan sesempurna mungkin.

2 dari 2 halaman



4. Ketika coretan tulisan revisian dari dosenmu nggak kebaca!

Mungkin kamu udah lega saat selesai revisian, tapi nggak sampai di situ saja nasib ngenesmu! Saat mau ngerjain revisian, kamu pun dibikin bingung dengan tulisan dosenmu yang mungkin udah mirip sandi rumput. Sedangkan kamu mau tanya maksud tulisannya apa, jelas kamu nggak bakal berani. Alhasil kamu bakal butuh waktu ekstra buat nerjemahin 'goresan seni tinggi' dosenmu!

5. Akrab dengan mahasiswa yang sama dosen pembimbingnya

Hari gini ngenes sendirian? Jelas nggak mau dong! Kamu pun pasti bakal akrab dengan sesama pejuang skripsi yang satu bimbingan. Selain karena sering ketemu saat antre bimbingan, setidaknya kamu bakal punya temen ngenes bersama. Atau kalau nggak bisa saling bantu buat nerjemahin 'karya seni visual' dosen pembimbing di poin empat.

6. Kesalip temen atau adik angkatan? Cuma bisa ngelus dada

Mungkin kamu lebih dulu bimbingan dibanding teman-teman kamu dan tentunya adik angkatan kamu. Tapi kok mereka duluan yang pendadaran? Iya, karena dosen mereka nyantai! Nggak kayak kamu yang harus berjuang ekstra, mereka akan dengan mudah dapat ACC dan cukup beberapa bulan saja, kelar deh skripsinya. Sedangkan kamu? Masih stuck dengan skripsi dengan predikat mahasiswa semester akut. Duh, semangat ya!

Walau begitu, dosen killermu itu punya andil besar lho dalam kelulusanmu! Biasanya dosen killer itu teliti kok. Jadi bisa dipastikan ketika skripsimu kelar di ACC, skripsimu memang sudah benar-benar layak untuk diujikan. Saat pendadaran juga kamu akan lebih dimudahkan karena sudah mengusai materi dengan baik karena saking seringnya revisi. Nggak heran banyak mahasiswa dengan pembimbing killer mendapat nilai A saat pendadaran. So, diambil hikmahnya aja guys! Yang penting kamu rajin dan tentu banyak berdoa diberi kelancaran. Itu kuncinya.

Tetap semangat para pejuang skripsi. Semoga lekas lulus dan mendapat pekerjaan idaman!