Brilio.net - Kamu sensitif nggak sih kalau ditanya soal tinggi badan, guys? Tak dipungkiri memiliki tubuh tinggi itu idaman banyak orang karena tinggi (plus ramping atau berbentuk atletis) dianggap menarik dan proporsional. Memiliki tubuh tinggi juga memberikan beberapa manfaat.

"Karena saya berkarir di basket, saya merasa diuntungkan memiliki tubuh tinggi," ujar Anggi Arizki (25), pebasket profesional Indonesia yang memiliki tinggi tubuh 212 sentimeter, kepada brilio.net beberapa waktu lalu.

Hampir senada dengan Anggi, Adhi Pratama (22), peraih penghargaan Most Valuable Player (MVP) di National Basketball League (NBL) Indonesia Championship Series 2015, menyatakan lebih percaya diri memiliki tinggi tubuh sekitar 197 sentimeter.

Namun di samping keuntungan, ada hal yang kurang mengenakkan. Anggi melanjutkan bahwa terkadang kalau dia harus naik transportasi umum, cukup susah untuk menyesuaikan tingginya atau panjang kakinya dengan ukuran transportasi yang untuk ukuran tinggi orang rata-rata. "Kalau naik busway atau KRL agak sedikit nunduk but it's okay, saya bisa menyesuaikan, kok," imbuhnya.

Nah, kalau sudah kayak Anggi, bukankah untung jadi orang pendek?

Tapi yang perlu kamu perhatikan, ternyata tinggi badan itu bukan hanya punya dampak sederhana seperti disebutkan dua sobat brilio.net di atas. Tinggi badan seseorang ternyata bisa menjadi 'prediksi' risiko kesehatan kamu, lho.

Sebagaimana dilansir brilio.net dari ABC NEWS, Senin (2/11), berikut lima jenis penyakit yang dikaitkan dengan tinggi badan kamu.

1. Kanker
Sebuah studi baru dari US Centers for Disease Control and Prevention atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat menunjukkan perempuan lebih tinggi memiliki risiko kanker ovarium, yang membunuh hampir 15.000 wanita Amerika setiap tahun.

Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLoS Medicine, peneliti Inggris meninjau data dari 47 penelitian yang melibatkan lebih dari 100.000 perempuan. Untuk setiap lima sentimeter (dua inci) peningkatan ketinggian di atas rata-rata 5 kaki (sekitar 152 sentimeter), risiko kanker ovarium naik 7%.

Pada bulan Juli 2011, sebuah studi dipublikasikan dalam Lancet Oncology menemukan bahwa wanita lebih tinggi memiliki risiko 10 kanker yang berbeda, termasuk kanker payudara dan kulit. Dan semakin tinggi pria, risiko kanker prostat semakin meningkat, menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention pada tahun 2008.

Namun begitu, Tim Byers, seorang profesor kedokteran preventif dan biometrik di University of Colorado Cancer Center di Denver, Colorado, Amerika Serikat, meminta kamu untuk tak segera kebakaran jenggot. "Tak peduli kamu tinggi atau pendek, tetap jauhi tembakau, aktif olahraga, makan sehat, dan berpola hidup sehat, maka kamu akan tetap sehat," ujarnya. Selain itu, Byers juga menyarankan untuk melakukan tes scan kanker, terlepas kamu bertubuh tinggi atau pendek.

2. Penyakit jantung
Data di Amerika Serikat, penyakit jantung menjadi penyebab utama kematian di negara adidaya tersebut, sekitar 616.000 orang per tahun. Tidak seperti kanker, tampak penyakit ini memengaruhi orang bertubuh lebih pendek lebih banyak ketimbang yang bertubuh tinggi.

Sebuah tinjauan baru-baru ini, yaitu sekitar 52 studi yang melibatkan lebih dari tiga juta pria dan wanita, menemukan bahwa orang yang lebih pendek memiliki risiko 50% lebih tinggi mengalami penyakit jantung mematikan daripada mereka yang bertubuh tinggi.

"Akan menjadi menarik untuk mengeksplorasi kemungkinan orang bertubuh pendek terhubung dengan risiko (penyakit jantung koroner dan serangan jantung) melalui efek diameter arteri koroner yang lebih kecil, dan bahwa arteri koroner yang lebih kecil dapat tersumbat dalam hidup yang berada dalam konsisi risiko yang sama," tulis dalam laporan yang mereka publikasikan dalam jurnal European Heart tahun 2010.

Sebuah studi tahun 2006 yang diterbitkan dalam American Journal of Epidemiology menemukan bahwa kembar identik yang meninggal akibat penyakit jantung koroner cenderung memiliki tubuh lebih pendek daripada saudara kembarnya. Hal ini diduga ada keterkaitan tinggi dan penyakit jantung dengan faktor lingkungan yang memengaruhi tinggi dan risiko penyakit jantung pada keduanya, ketimbang faktor genetik.

3. Stroke
Sama halnya dengan penyakit jantung, stroke serius lebih umum menyerang orang yang lebih pendek. Sebuah studi di Israel menunjukkan bahwa 364 orang dari 10.000 partisipannya, meninggal karena stroke, terkait masing-masing mengalami peningkatan tinggi lima sentimeter, dengan peningkatan sebesar 13% mengalami risiko stroke.

Menurut penelitian dalam jurnal Stroke tahun 2002, pria yang berada di kuartil terpendek memiliki risiko sebesar 54% lebih tinggi terkena stroke fatal dibandingkan pria dalam kuartil tertinggi. Dalam laporan studi itu juga tertulis bahwa tubuh tinggi mungkin merupakan indikator kuat dari status gizi, terutama dalam studi yang kami lakukan. Bisa juga dikaitkan dengan kondisi lingkungan pada masa kecil dan remaja.

Byers menyatakan bahwa nutrisi memang bisa memengaruhi tinggi badan, tapi juga bisa memengaruhi hormon untuk mengarah ke risiko penyakit.

4. Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum dari demensia atau pikun pada orang tua. Menurut laporan Alzheimer's Association, penyakit ini telah memengaruhi 5,4 juta orang Amerika. Risiko meningkat seiring bertambahnya usia dan sejarah Alzheimer dalam keluarga. Dan menurut sebuah studi 2007, risikonya juga lebih tinggi bagi orang-orang yang lebih pendek.

Sebuah studi yang telah diterbitkan dalam Journal of Alzheimer's Disease telah membandingkan 239 pasien Alzheimer dengan 341 kelompok kontrol yang sehat. Dari sini ditemukan bahwa pria yang lebih tinggi dari 5 kaki 10 inci (sekitar 177 sentimeter) memiliki risiko 59% lebih rendah mengalami Alzheimer, dibandingkan pria yang lebih pendek dari 5 kaki 6 inci (sekitar 167 sentimeter).

Nah, penyakit kardiovaskular, yang lebih umum menyerang orang lebih pendek, ternyata juga terkait dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer, namun belum jelas keterkaitan ketiganya.

5. Diabetes
Kalau diabetes tipe-2 dihubungkan dengan berat badan, maka diabetes tipe-1 lebih dikaitkan dengan tinggi badan.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2002 dalam Pediatrics, menunjukkan anak-anak yang lebih tinggi tampaknya mengalami peningkatan risiko mengalami diabetes mellitus tipe-1, kecuali mungkin selama masa bayi atau remaja awal.

Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui, tapi diduga hasil dari serangan autoimun pada sel-sel yang memproduksi insulin dari pankreas. Meskipun dapat terjadi pada semua usia, biasanya didiagnosis pada anak-anak, remaja, atau dewasa muda.

Ada perdebatan seputar hubungan antara tinggi badan dan diabetes, tapi penelitian lain menyatakan anak-anak dengan diabetes cenderung memiliki perawakan tubuh pendek daripada kawan-kawannya yang non-diabetes. Namun menurut Byers, hal ini masih perlu penelitian lebih lanjut untuk dicari keterkaitan tinggi badan dan diabetes lebih jelas.

Jadi, jangan keburu ketakutan ya. Risiko bukan berarti kamu pasti terkena, lho. Kalau kamu menjaga pola hidup sehat, kemungkinan terkena penyakit di atas bisa menjadi kecil. Selalu jaga kesehatan, ya.