Brilio.net - Bekerja sesuai panggilan jiwa memang menyenangkan. Karena ketika kita bekerja dengan hati dan jiwa yang sungguh-sungguh, tidak akan ada pekerjaan yang berat untuk dijalani.

Yah mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan keadaan Mbah Lastri. Nenek yang kira-kira berusia 70 tahunan ini sudah 25 tahun berjualan umbi-umbian dan singkong rebus.

Mbah Lastri ini biasa menggelar dagangannya di sekitar Pasar Kotagede atau di pinggiran Jalan Tegal Gendu. Dengan membawa tampah dan tenggok (bakul kecil dari bambu) serta tas belanja plastik, Mbah Lastri membawa dagangannya dari rumahnya di Bantul.

25 Tahun Mbah Lastri jual umbi rebus di tengah serbuan makanan instan

Saat ditemui tim brilio.net, Selasa (25/8), Mbah Lastri setia duduk di pinggir jalan menunggui dagangan sembari menanti ada pembeli. "Yang saya jual ya apa saja, kadang ubi, lembong, kacang tanah, atau jenis umbi yang lain," jelasnya dengan bahasa Jawa yang kental.

Di era yang sudah modern dan makin banyaknya jenis makanan instan, Mbah Lastri masih saja setia menjual makanan yang bisa dibilang sangat "ndeso" atau kuno ini. Mbah Lastri, setiap hari berjualan dari pukul 08.00 sampai dagangannya habis. Namun, tak jarang pula dia pulang dengan beberapa dagangan yang masih tersisa.

Mbah Lastri mendapatkan umbi-umbian mentah dari tetangganya karena dia sendiri tidak memiliki kebun. Selanjutnya Mbah Lastri merebusnya dan menjualnya setiap hari.

"Setiap hari ya enggak pasti dapatnya, yang penting cukup buat 'ngliwet' (masak)," tutur Mbah Lastri dengan tersenyum.

Walaupun hasilnya tidak seberapa, Mbah Lastri mengaku akan terus berjualan sampai dia merasa sudah tidak mampu lagi berjualan, seperti ibunya dulu. Ibu atau Simbok, begitu Mbah Lastri menceritakan, juga berprofesi yang sama dengannya saat ini. Bedanya, Simbok dari Mbah Lastri ini berjualan ubi rebus keliling desa di sekitar rumahnya saja. "Sudah senang jualan, apalagi bisanya cuma jualan ini," tutup Mbah Lastri.