Brilio.net - Sebuah studi penelitian di Inggris menunjukkan korelasi antara perjalanan (dalam hal ini untuk bekerja) dengan risiko burnout (sindrom di mana seorang karyawan merasa kecewa, lelah, dan tidak tertarik lagi dengan pekerjaan).

Studi yang melibatkan 2.000 orang dewasa ini menemukan risiko burnout meningkat secara signifikan ketika perjalanan kantor berlangsung lebih dari 20 menit terlebih saat kondisi macet yang bisa membuat perjalanan berjam-jam hanya untuk ke kantor, seperti dikutip brilio.net dari laman EXPRESS, Jumat (5/6). Dan, semakin lama waktu dalam perjalanan, risiko burnout semakin besar.

Annie Barreck, dari University of Montreal, yang juga melakukan penelitian tersebut, menyarankan bahwa stres saat di transportasi umum (dalam penelitian ini adalah komuter) dapat dihindari dengan memungkinkan seseorang mengambil alternatif pekerjaan yang fleksibel, misalnya mengambil waktu sejenak untuk jalan-jalan di tengah jam sibuk atau memilih bekerja dari rumah.

Sebuah studi sebelumnya yang sama-sama dilakukan di Inggris, membandingkan tekanan denyut jantung dan sirkulasi darah dari 125 penumpang komuter, ternyata hasilnya menunjukkan mereka lebih stres dibandingkan pilot pesawat tempur yang ada di medan perang atau polisi yang menghadapi kerusuhan.

Studi ini sudah dipresentasikan Barreck dalam pertemuan Quebec dari American College of Food and Ankle Surgeon (ACFAS), sebelumnya juga di French Canadian Association for the Advancement of Science. Dia melanjutkan bahwa semakin besar kota maka semakin tinggi tingkat stres perjalanan, setidaknya bagi orang-orang yang bepergian dengan mobil. Tak ayal hasil studi ini cukup mengerikan bagi warga London, kota terbesar di Uni Eropa.

Penjelasan di atas adalah terkait transportasi umum di kota, lalu bagaimana di daerah?

Barreck memiliki pendapat yang sama. Orang daerah juga berpotensi mengalami stres karena transportasi umum sebagai sarana kendaraan untuk bekerja. Sebab, transportai daerah juga memiliki masalah tersendiri, misalnya perlu transit dahulu, pelayanan kurang memuaskan, dan penundaan jam keberangkatan, sehingga stres dibawa ke tempat kerja.

Nah, apakah kamu juga merasakannya di Indonesia, guys?