Brilio.net - Jantung berdebar cepat, telapak tangan berkeringat, sesak napas, itulah tanda stres atau tertekan. Penelitian di Inggris menunjukkan 44% warga Inggris menderita stres, sementara survei catatan dokter menemukan 25% penyakit yang terkait stres, seperti kecemasan atau depresi.

Selain itu, stres meningkatkan risiko mengembangkan masalah lain, misalnya dari flu sampai penyakit jantung. Namun, benarkan stres musuh kita sepenuhnya? Jawabannya: tidak.

Seperti dikutip brilio.net dari laman Telegraph, Sabtu (23/5), Dr. Kelly McGonigal, dosen psikologi di Stanford University, yang mulanya percaya stres harus dihindari, pada akhirnya berubah menyatakan stres justru menjadi upaya tubuh menyiapkan diri menghadapi kesulitan yang ada. Ternyata, semua itu bergantung pada persepsi kita memaknai stres itu sendiri.

McGonigal memulai studi di Amerika Serikat dengan melibatkan 30.000 orang dewasa selama delapan tahun. Dia bertanya pada semua orang: Seberapa banyak pengalaman stres yang kamu alami selama satu tahun belakangan? Setelah itu juga bertanya: apakah kamu percaya stres dapat menimbulkan bahaya kematian?

Peneliti menemukan perbedaan utama pada mereka yang telah banyak mengalami stres. Pada kelompok pertama, mereka yang percaya stres bisa membahayakan, justru memiliki risiko kematian yang meningkat sebesar 43%. Sedangkan kelompok dua, yang tidak khawatir tentang stres berakibat bahaya, risiko kematiannya menurun, bahkan lebih rendah daripada mereka yang mengalami stres ringan.

"Ketika kamu dapat mengubah pemikiranmu tentang stres, kamu dapat mengubah respons tubuh terhadap stres," ungkap McGonigal. Dia juga menambahkan bahwa reaksi tubuh yang seperti penuh energi pada saat stres bisa dimanfaatkan untuk mengatasi tantangan terdekat.

Iya, mungkin kamu juga pernah merasakan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika menghadapi sebuah tantangan, kamu merasa terhimpit dan tertekan, plus reaksi fisikmu seperti tersebut di atas. Hal ini justru memicu otak kita berpikir bagaimana baiknya untuk menyelesaikan tantangan tersebut, bukan?

Nah, menurut dosen cantik yang juga merupakan penulis buku The Upside of Stress ini, stres akan 'menghancurkan' kamu kalau kamu terus larut di dalamnya dan menarik diri dari dunia sekitar.

Hanya saja, pada beberapa kasus stres yang disebabkan peristiwa serius, misalnya kematian pasangan hidup, yang mau tidak mau pasti melemahkan seseorang. Stres juga tidak bisa serta merta berlalu. Namun, tetap bisa diatasi dengan mendapat dukungan dari lingkungan sekitar. Justru kalau orang tersebut mengurung diri, stres bisa melumpuhkannya.

McGonigal menyimpulkan bahwa hidup tanpa stres itu sepertinya muluk, tapi yang jelas, stres bisa 'dikelola' seperti dijelaskan di atas. Well, guys, pastikan kamu bisa 'mendayagunakan' stres yang kamu alami. Jangan ragu untuk berbagi perasaan alias curhat supaya bebanmu bisa terkurangi.