Brilio.net - Peneliti Amerika Serikat menyatakan sebuah perangkat baru yang dapat ditambahkan ke smartphone kamu, mungkin secara akurat dan murah dapat mendiagnosa kanker. Penemuan ini telah dijelaskan di dalam jurnal Amerika Serikat, Proceedings of the National Academy of Sciences.

Dikenal dengan sebutan D3, perangkat ini dirancang untuk digunakan para kalangan ahli medis saja, tidak untuk masyarakat umum. Dibandingkan alat pendeteksi kanker saat ini yang begitu mahal, perangkat ini jauh lebih murah, yakni hanya seharga USD 1,80 atau kurang lebih Rp 23.000 (kurs dolar Rp 13.275, selisih satu bulan dengan penulisan artikel "Smartphone device may help diagnose cancer" pada 14 April 2015).

"Kami percaya platform kami telah mengembangkan fitur penting dengan biaya yang rendah luar biasa," kata penulis penelitian Cesar Castro, seorang dokter di Massachusetts General Hospital Cancer Center and Center for Systems Biology.

Seperti dikutip brilio.net dari laman Capital FM, Selasa (26/5), D3 adalah singkatan dari digital diffraction diagnosis. Fitur ini menggunakan sistem fitur modul pencitraan dengan lampu LED bertenaga baterai terpotong ke smartphone standar, yang mencatat data resolusi tinggi sebuah gambar menggunakan kamera.

Disebutkan bahwa dengan bidang yang jauh lebih besar dari pandangan mikroskop tradisional, sistem D3 mampu merekam data pada lebih dari 100.000 sel dari darah atau jaringan sampel dalam satu gambar.

Proses ini melibatkan penambahan microbeads untuk sampel darah atau jaringan. Microbeads mengikat molekul-terkait kanker yang diketahui. Sampel tersebut kemudian dimuat ke dalam modul pencitraan D3. Kemudian, data yang diperoleh bisa segera dikirim melalui layanan cloud ke server pengolahan secara aman.

Kemudian, adanya molekul tertentu, yang menunjukkan jika kanker ada, dapat dideteksi dengan menganalisis pola difraksi yang dihasilkan oleh microbeads. Hebatnya, hasilnya dapat diperoleh dokter dalam hitungan menit atau jam, jadi tidak menunggu berhari-hari atau berminggu-minggu.

Sebuah uji coba sistem ini dengan menggunakan sampel biopsi dari 25 wanita yang memiliki pap smear (pemeriksaan dengan mengambil contoh sel-sel leher rahim, kemudian dianalisa untuk mendeteksi dini kanker leher rahim) abnormal, menunjukkan tingkat akurasi yang cocok dengan standar industri saat ini untuk pengujian diagnostik. Tes lain menggunakan D3 untuk menganalisis jarum halus sampel biopsi kelenjar getah bening, yang menunjukkan hasil akurat dalam membedakan empat pasien yang didiagnosis menderita limfoma. Dan, ternyata ini dikonfirmasi oleh patologi konvensional dari empat lainnya dengan pembesaran kelenjar getah bening yang jinak.

Penelitian lebih lanjut tetap diperlukan pada sejumlah besar kanker untuk memverifikasi temuan awal dari perangkat baru. Namun demikian, peneliti Ralph Weissleder, direktur MGH Center for Systems Biology, menyatakan perangkat D3 ini dapat memecah hambatan yang ada dalam proses diagnosis kanker, terutama di daerah terpencil atau miskin.

"Dengan mengambil keuntungan dari kecanggihan teknologi ponsel di seluruh dunia, sistem ini harus memungkinkan mendahulukan kasus yang mencurigakan atau berisiko tinggi, yang dapat membantu mengimbangi penundaan yang disebabkan pelayanan yang terbatas di daerah-daerah. Selain itu juga mengurangi kebutuhan pasien untuk kembali berobat, yang sering kali merupakan tantangan bagi mereka," pungkas Weissleder.