Brilio.net - Anak perempuan itu terlihat sibuk di kamarnya. Dia baru saja memecah celengan dan mulai menghitung pelan-pelan jumlah uangnya. Rencananya uang itu akan dia gunakan untuk membeli kue siang nanti.

Usai membeli kue dan menyimpannya di kamar, Ayahnya mulai terlihat datang. Ayahnya hari ini memang pulang cepat dari kantornya. Sang Ayah hanya mencium kepala anaknya dan bergegas masuk ke kamar dengan wajah kusut.

Seketika itu juga, ada tukang bakso lewat depan rumah. Sang anak bergegas memanggilnya dan langsung memesan dua porsi bakso spesial. Bakso itu kemudian langsung dia siapkan meja makan bersama kue yang dibelinya tadi dari hasil uang celengan.

"Ayah lagi apa? Ayo ikut aku sebentar ke meja makan," kata anak itu masuk ke dalam kamar ayahnya.

Ayahnya yang merasa kaget, spontan langsung membentak si anak. "Aduh, kamu ini! Ayah sudah tidur ini tadi, Ayah capek sekali!" katanya merasa terganggu.

Sang anak yang juga merasa kaget langsung menitikkan air mata melihat respons Ayahnya itu. "Maaf Ayah. Tapi aku punya sesuatu untuk Ayah. Sebentar saja," kata si anak sambil menarik tangan Ayahnya dari kasur.

Betapa terkejutnya sang Ayah melihat ada banyak makanan di atas meja makan. Namun lagi-lagi si Ayah masih memarahinya.

"Kamu dapat uang dari mana? Makanan dari mana ini, kamu mencuri?" kata Ayahnya curiga.

"Ayah lupa ya? Hari ini Ayah ulang tahun. Sejak kapan aku jadi pencuri? Kue-kue dan bakso ini aku beli sendiri, pakai uang dari celengan yang selama ini aku tabung," jawabnya.

Raut wajahnya Ayahnya seketika berubah sedih. Dia juga tampaknya lupa kalau hari itu adalah hari ulang tahunnya sendiri.

"Selamat ulang ya Ayah. Aku minta maaf kalau cuma bisa belikan Ayah kue dan bakso. Tapi Ayah harus ingat, kue ini juga kesukaan almarhum Ibu. Ya kan?" ujar sang anak.

"Maafkan Ayah ya. Selama ini Ayah sibuk bekerja. Jarang mempedulikanmu, sampai lupa hari ulang tahun sendiri," kata si Ayah sembari memeluk anaknya kuat-kuat.

"Aku hanya ingin Ayah sehat dan terus bekerja. Aku hanya ingin melihat Ayah tersenyum kembali. Dan semoga dengan melihat senyum Ayah, Ibu akan bahagia di alam sana."

Sayangilah selalu kedua orangtuamu. Sesibuk-sibuknya mereka, pastikan kamu tetap memperhatikannya. Orangtua juga harus dimotivasi dan diberikan kebahagiaan lahir batin. Semua itu bisa diberikan dari yang paling dekat dengan orangtua, yakni anaknya.