Brilio.net - Seorang pemuda terlihat asyik bercanda dengan teman-temannya. Pemuda itu baru saja selesai bermain di lapangan dekat rumah seperti biasanya. Sore ini dia memang berencana mengundang teman-temannya ke rumah untuk merayakan hari ulang tahun.

Pemuda itu bertambah semangat karena ayah bundanya sudah menjanjikan kado sepeda motor baru untuknya. Saking bahagianya, saat pesta kecil di rumah, si pemuda juga tak segan memamerkan kepada teman-temannya kalau sebentar lagi dia akan punya sepeda motor baru.

Usai pesta makan-makan selesai, si pemuda itu langsung bergegas menemui orangtuanya di lantai atas. Dia memang sudah tak sabar untuk menagih janji kado istimewa dari ayah bundanya.

"Ayah, bunda.. Mana kadoku? Sudah jadi dibeli kan?" tanya si pemuda itu.

Ayah bundanya hanya tersenyum dan malah menyodorkan sesuatu kepadanya.

"Ini nak, coba kamu bacakan isi catatan kecil milih ayah dan bunda. Baca dulu, ini buat kamu," ujar sang ayah sambil menyodorkan buku kecil.

Tak disangka rupanya pemuda itu malah bersungut-sungut dan enggan menerima buku kecil itu. Dia pun langsung pergi meninggalkan ayah dan bundanya sambil berlari kecil ke dalam kamarnya.

"Kadoku dibatalkan. Ayah bunda pasti ingkar janji, tak membelikanku kado sepeda motor," gerutunya dalam hati.

Melihat kelakuan anaknya itu, ayah bundanya hanya terdiam dan saling berpandangan. Mereka bingung dengan perangai anak semata wayangnya itu.

Si pemuda kian mengamuk. Semua barang-barang yang berada di kamar dilempar dan dibanting hingga kamarnya jadi sangat berantakan. Dia juga sudah mengemasi barang dan ingin pergi beberapa hari karena sangat kesal dengan ayah bundanya. Ya, malam itu akhirnya sang pemuda benar-benar minggat dan memutuskan untuk menginap di hotel berbintang yang tak jauh dari rumahnya.

Tiga hari tak pulang, si pemuda mendapat kabar dari seorang teman sepermainan kompleks perumahannya. Mereka tak sengaja bertemu di sebuah warung makan yang tak jauh dari hotel.

"Hei, kamu kemana saja? Ayah bundamu kecelakaan kemarin sore. Aku dan teman-teman mencarimu sejak semalam tadi," kata teman si pemuda itu.

Karena kaget dan bingung, si pemuda langsung mengemasi barang dan segera kembali ke rumah. Sayangnya, ketika sampai di rumah, si pemuda sudah melihat dua peti mati di dalam rumahnya. Ya, ayah bundanya sudah meninggal.

"Ayah bundanmu mengalami kecelakaan lalu lintas kemarin siang. Mereka bilang pada tetangga sekitar, ingin pergi mencarimu karena pergi meninggalkan rumah tak pamit," kata tetangga si pemuda yang tinggal persis di samping rumah mereka.

Pemuda itu menangis dengan berjuta-juta penyesalan. Dia terus berteriak histeris hingga pemakaman ayah bundanya.

Sesampainya di rumah si pemuda itu langsung mengurung diri di kamarnya. Dia baru berani keluar kamar ketika keesokan paginya.

Begitu kagetnya sang pemuda ketika mencoba masuk ke kamar ayah bundanya. Ternyata kado impiannya sudah berada di kamar orangtuanya itu. Di pojokam ruangan terlihat sepeda motor baru yang masih dibungkus kain warna-warni.

Air mata menetes di pipi sang pemuda. Dia juga melihat sebuah buku kecil di atas meja rias bundanya. Dia teringat buku itu adalah barang terakhir yang dilihatnya terakhir bersama ayah bundanya beberapa hari lalu.

Saat itu dia baru sadar begitu banyak permintaan yang sering dia minta ke orangtuanya. Ayah bundanya pun sama sekali tak pernah mengeluh. Sedangkan dirinya sendiri, sama sekali tak mau ketika hanya diminta membuka dan membacakan isi buku kecil milik mereka.

Hati pemuda bertambah hancur ketika membuka buku kecil itu. Ada benda besi kecil yang tiba-tiba jatuh mengenai jempol kakinya. Itu adalah kunci sepeda motor baru dambaannya.

Sang pemuda tak henti-hentinya menangis ketika membaca isi tulisan buku kecil itu.

"Selamat ulang tahun anakku sayang. Ini adalah buku catatan ayah dan bunda. Catatan-catatan ini semuanya berisi tentang kamu. Kami selalu menuliskannya sejak kamu lahir hingga besar dan pintar seperti sekarang. Tolong rawat buku ini dan jangan lupa ambil kunci sepeda motornya ya. Sekali lagi, selamat ulang tahun nak! Kami bangga padamu dan selalu menyayangimu."

Sudahkah kamu berterimakasih kepada orangtuamu hari ini? Dari cerita di atas sangat terlihat jelas perbedaan antar orangtua dan anaknya. Jangan sampai pepatah 'kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah' menjadi benar oleh karena sikapmu kepada orangtua.

Kadang orangtua hanya meminta hal sepele seperti membaca catatan kecil mereka. Sedangkan anaknya malah marah dan pergi dari rumah, yang akhirnya menyebabkan orangtuanya meninggal.

Mulailah merenung kemudian meminta maaf dan berterimakasihlah kepada mereka mulai hari ini. Bukankah orangtuamu selalu menyayangi tanpa pernah meminta balas dan ucapan terimakasihmu?