Brilio.net - Di era yang serba digital seperti saat ini, keberadaan media sosial tentu tak asing lagi. Instagram, misalnya. Siapa sih yang tak mengenal media sosial yang satu ini?

Dikutip dari laman We Are Social, dari 150 juta pengguna aktif di media sosial di Indonesia, 80 persen di antaranya adalah pengguna Instagram. Jumlah yang begitu besar tersebut membuat media sosial berbasis visual menempati urutan keempat setelah YouTube, WhatsApp, dan Facebook.

Lepas dari itu, Instagram sendiri merupakan aplikasi semacam album foto. Foto-foto yang diunggah oleh penggunanya dapat dilihat, dibagikan ulang, dan disukai oleh orang-orang yang mengikuti user terkait ataupun tidak -dengan catatan jika akun tersebut tidak di-private.

like instagram © 2019 brilio.net

foto: wtvr.com

Nah, dari sekian banyak fitur yang ada di Instagram, fitur 'Like' jadi salah satu paling menarik. Ya, Instagram memang mengakomodasi para penggunanya untuk dapat memberi 'Like'. Oleh sebagian orang, jumlah 'Like' yang banyak itu bahkan kerap kali diagung-agungkan sebagai standar kepopuleran selain jumlah pengikut atau Follower. Karenanya, tak heran jika kemudian tidak sedikit orang yang candu ingin mendapatkan 'Like'.

Namun, tahukah kamu? Ternyata ada lho keterkaitan antara kecanduan 'Like' dengan otak. Profesor Adam Alter dari New York University melalui artikel jurnalnya Irresistible: The Rise of Addictive Technology dan Business Keeping Us Hooked mengemukakan bahwa saat kamu mendapat 'Like' atau komentar di Instagram, maka secara tidak langsung akan memicu sistem penghargaan (reward system) pada otak.

like instagram © 2019 brilio.net

foto: lipstiq.com

Reward system ini akan membuat otak melepaskan dopamin. Dopamin sendiri adalah hormon yang membuat seseorang merasa puas dan senang. Meski dalam beberapa kasus, perasaan tersebut juga dapat menjadi adiktif.

Tak hanya itu, tombol 'Like' juga mendorong seseorang untuk bolak-balik mengecek media sosialnya. Dari sisi psikologis, kebiasaan itu kerap dikatakan sebagai cara untuk memenuhi dahaga akan validasi.

Sayangnya, hal tersebut akan semakin berbahaya ketika mulai memengaruhi kepercayaan diri seseorang. Saat seseorang mulai meyakini pendapat orang lain sebagai sebuah kebenaran, maka kepercayaan terhadap diri sendiri pun akan menurun perlahan. Salah satu tandanya adalah saat orang tersebut menghapus unggahannya karena jumlah 'Like' yang diperoleh tidak memuaskan.

like instagram © 2019 brilio.net

foto: gadgethacks.com

Kesimpulannya, jumlah 'Like' yang dapat dilihat oleh publik pada sebuah unggahan akan mengaktifkan sistem penghargaan pada otak. Semakin banyak kuantitas 'Like' yang diperoleh, semakin aktif pula area otak tersebut yang dapat membuatmu jadi ketagihan.